Tuesday, June 27, 2006

Kapal Layar

Hari Minggu kemarin, kita melihat Kapal Gothenorg di Tanjung Priok. Kapal Asli East Indiaman Gotheborg dibuat tahun 1738 , kapal ini merupakan replika dari kapal terdahulu. Kapal asal Swedia ini diawaki oleh 80 orang (50 diantaranya adalah volunteer) . Gua baru tahu kalo Swedia juga ikutan dalam masa-masa pelayaran 3G (Gold, Glory and God).

Kapal aslinya berlayar ke China sampai 3 kali, pelayaran ketiga dilakukan mulai 14 Maret 1743 sampai 12 September 1745 (36 bulan). Kapal yang sekarang memulai pelayaran 5 Oktober 2005 dan diperkirakan sampai di China bulan Juli 2006. Setelah proses perawatan lambung dan tiang kapal di Shanghai selama 4 bulan maka diperkirakan bulan September 2007 akan sampai di Goteborg, Swedia.

Lebih lengkap baca www.soic.se

Photobucket - Video and Image Hosting

Tuesday, June 20, 2006

Wanderlust

1. Arjuno + Argopuro
2. Baluran + Blambangan (Meru Betiri)
3. Kerinci
4. Borneo + Kinabalu
5. Rinjani via Sembalun
6. Semeru
7. Ujung Kulon
8. Ujung Pandang
9. Komodo

Nama-nama tempat di atas gua temukan di time planner jaman dulu. Judulnya Wanderlust, gak ada tanggal penulisan tapi perkiraan sih sekitar tahun 1994an.Tempat-tempat ini harus gua datengin (itu waktu nulis di time planner dulu).

1. Arjuno dan Argopuro (dua gunung ini belum pernah gua daki sampai puncaknya).
Arjuno gua daki tahun 1992 lewat Sumber Brantas dan kita (gua berdua sama Aji) memutuskan untuk turun setelah bermalam di tengah hutan dengan suhu -5 derajat ditemani kabut tebal. Jalan yang makin nggak jelas menjadi penyebab utama kita memutuskan untuk turun.

Agropuro gua daki tahun 1989 bersama Alif, Andi, Aji, Leo dan Heri. Kita kesasar diketinggian 2300 m. Pada ketinggian ini seharusnya kita sudah melewati Taman Hidup, danau di ketinggian 2100 m (kalo gak salah inget ya) akhirnya kita putuskan untuk turun dan mendaki Merbabu di Jawa tengah.

Kedua gunung ini kalau gua bisa sampai puncaknya berarti semua gunung di Pulau Jawa yang tingginya lebih dari 2800 meter telah gua jejaki semua puncaknya. Ini impian gua waktu itu alasan kenapa gua nulis kedua gunung ini di urutan pertama.

Untuk masa sekarang apakah impian ini masih mungkin gua kejar ? Ya…. Ini impian anak muda jaman dulu, kita lihat saja.

2. Baluran + Blambangan (Meru Betiri) dua pantai ini ingin gua datengin, sampai saat ini masih menjadi impian Meru Betiri sekaligus Alas Purwo dan Baluran di bagian Utara . Berjalan di pasir putih ditemani dua matahari dan debur ombak. Penderitaan yang setimpal untuk suasana yang akan didapat. Ujung Timur Pulau Jawa, harus didatangi.

3. Kerinci, entah mengapa gua nulis Gunung Kerinci di list ini. Mungkin dulu gua ingin sekali naik Gunung tertinggi di Sumatera, tetapi saat ini sepertinya api itu sudah redup dan hampir padam.

4. Borneo + Kinabalu. Entah gua inget atau tidak dengan daftar ini waktu gua pergi tanggal 23 Desember 2001 sampai 9 Januari 2002. Perjalanan pertama gua ke Borneo, bersama teman-teman dari FISIP UI kita menjelajah Taman Nasional Betung Kerihun dan Gunung Kinabalu.

5. Rinjani Via Sembalun. Lewat Senaru dan Torean gua udah pernah tapi kalo lewat Sembalun gua belum pernah. Melihat puncak Rinjani yang masih jauh dari Pelawangan Sembalun aja udah buat males buat mendaki apalagi mesti ngejalanin lagi saat ini. Ya…. Mungkin perlu di coret aja dihitung udah pernahlah.

6. Semeru, kenapa ya gua nulis Gunung Semeru ? Seinget gua waktu nulis di time planner ini gua udah tiga kali naik Semeru. Tahun 1988 pertama kali ke Semeru waktu jalan antara Ranu Pane sampai Ranu Kumbolo masih banyak terowongan yang membuat kita harus jalan jongkok. Terowongannya nggak cuman satu batang pohon kebanyakan malah tiga sampai lima meter. Sampai terakhir tahun 1992 dengan kondisi jalan yang udah bebas hambatan. Lama juga terakhir naik Semeru, 14 tahun yang lalu. Ya ini juga gua coret aja deh dari daftar.

7. Ujung Kulon, waktu gua nulis di Time Planner gua baru sekali ke Ujung Kulon bareng anak FISIP UI. Pemandangan yang sangat mempesona dengan rute jalur Selatan yang makan waktu 9 hari perjalanan menyusuri pantai membuat gua sangat ingin kembali lagi ke sana. Rute Selatan ini sudah gua jalani enam kali, terakhir tahun 1998. Selain itu gua pernah sekali ikut survey Badak Jawa, rutenya dari Pantai Selatan tembus ke Pantai Utara. Jadi Ujung Kulon ya gua coret juga deh dari daftar ini.

8. Ujung Pandang. Kenapa ya gua nulis Ujung Pandang ? Gak inget nih gua kenapa nulis Ujung Pandang. Coret aja deh, udah pernah juga didatengin.

9. Komodo, nah ini yang gua belum pernah. Mau liat naga yang hidup di Pulau Komodo. Tapi apa bener gua mau liat binatang ini ? Ke Kebun Binatang aja bisa kok, ngapain jauh-jauh ke sana segala.

Kalo ngeliat daftar tahun 1994 itu, keinginan gua kayaknya paling ke Meru Betiri, Alas Purwo, Baluran dan Pulau Komodo. Kalo yang gunung-gunung mesti latihan keras dan panjang biar nikmat naik gunungnya, walaupun tetap butuh latihan fisik gua pilih jalan-jalan di Pantai aja deh. He…he..he… selamat mengevaluasi mimpi-mimpimu teman.

Friday, June 16, 2006

Gedung Gloria

Gang di samping Gedung Gloria di daerah Pancoran menyediakan berbagai macam jajanan yang yummy.

Kalo mau ke daerah sini gampang kok, naik aja Trans Jakarta turun di Halte Glodok terus jalan kaki. Kalo mau repot dikit bawa mobil juga bisa kok tapi parkirnya rada repot.

Sebelum mulai mencari makan mungkin bisa dimulai dengan nyoba Bacang baik yang ketan maupun yang nasi. Porsinya gede juga tapi ya kalo enak dan laper sih tetep aja abis juga, setelah itu bisa mulai ngemil cakwe atau dendeng yang digantung-gantung. Abis puas ngemil kita bisa mulai milih makanan utamanya mulai dari Soto Betawi sampai Nasi Campur.

Gak sabar mau kesana lagi.

Photobucket - Video and Image Hosting
Siomay yang gede-gede ukurannya.

Photobucket - Video and Image Hosting
Yang satu ini belum sempet dicicipin, abis gak sakit kok di suruh makan Pioh Tim Obat tapi gerobak yang disampingnya
itu (gak keliatan ya ? kekecilan ?) Enak banget rasanya segar. Nasi campurnya kalo di sini biasa aja, gak enak-enak amat.

Photobucket - Video and Image Hosting
Gedung ini jadi lokasi syuting film "Berbagi Suami" jadi tempat dagangnya Koh Abun.

Friday, June 02, 2006

Hari terakhir liburan, Perjalanan ke Padang

Hari inilah kali pertama saya akan menginjakkan kaki di Ibu Kota Sumatera Barat, Padang. Bandar Udara Minang yang baru terletak di luar kota Padang, sekitar 30 menit dari Padang. Jadi bisa dibilang waktu kemarin mendarat saya belum menginjak Padang.

Rencana hari ini kita berangkat jam 10.00 namun karena kenyamanan Echo Homestay dan tingginya semangat untuk leyeh-leyeh membuat kita baru bisa meninggalkan Harau jam 11.30. Tujuan pertama kita adalah Tabek Patah, jam 12.40 kita sudah tiba di Tabek Patah. Kami segera mengisi kartu memori kamera dengan gambar-gambar. Setelah puas kami langsung menuju tempat makan siang, Restaurant Flora. Makan kali ini merupakan makan siang kita yang paling mahal. Hampir semua lauk yang dihidangkan kami habiskan. Nyoba satu lauk artinya harus menghabiskan yang ada di piring itu jadinya semua tandas dalam perut. Patungan paling mahal ini hanya menghabiskan Rp 45.000,- seorang. Nggak mahal kalo dibandingkan semua piring yang kita tinggalkan kosong.

Photobucket - Video and Image Hosting
Pemandangan dari Tabek Patah

Tujuan kita selanjutnya yaitu Istana Pagaruyung kelihatan dari tempat kita makan. Lima belas menit dari tempat kita makan sampailah kita di Istana Pagaruyung. Muter-muter dan motret-motret bahkan sempat sewa baju adat untuk foto bersama. Nggak terasa hamper satu jam kami habiskan waktu memutari Istana ini.

Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting
Istana Pagaruyung

Jam 15.00 kami menuju ke Danau Singkarak, setelah perjalanan berkelok dan naik turun sampailah kita di Danau Singkarak satu jam kemudian. Kita nggak berhenti di Danau Singkarak karena panas dan capek. Jalan ke Padang memutari Danau Singkarak selepas danau SIngkarak ada lagi petunjuk jalan ke Danau di Atas dan Danau di Bawah. Kalau kita mau ke danau-danau itu sekitar 1 jam dari pertigaan baru kita sampai di Danau di Atas dan Danau di Bawah. Kita tidak mampir ketempat ini, tujuan kita langsung ke Padang. Dua jam perjalanan sampailah kita di Padang. Kita langsung menuju ke Pantai untuk melihat sun set. Sun set di Teluk Bayur……. Indah

Jadi….. datanglah ke Sumatera Barat, nikmati keindahannya.


Photobucket - Video and Image Hosting

Teluk Bayur

Harau yang memukau

Dua jam setelah kami meninggalkan Danau Maninjau kami sampai di kota Payakumbuh. Seharusnya tak lama lagi kami tiba di tujuan kami hari ini. Dua puluh menit dari Kota Payakumbuh kami mulai masuk ke jalan menuju ke Lembah Harau.

Di sisi kiri dan kanan jalan terhampar sawah yang luas membentang. Persawahan itu dibentengi oleh deretan bukit yang menjulang di kejauhan. Hamparan sawah yang menguning dengan latar belakang dinding batu bukit yang menjulang membuat saya tercengang, makin mendekati pintu masuk Lembah Harau saya makin tercengang. Kemana saja saya selama ini sampai baru sekerang bisa melihat keindahan ini.

Harau sangat sulit dilukiskan oleh saya, dengan keterbatasan penguasaan kata dan ketidakmampuan merangkai menjadi sebuah untaian kalimat yang indah. Saya hanya bisa bilang, “ Datang dan lihatlah !”

Kami menginap malam ini di Echo Homestay. Semua pemandangan disekitar kita membuat saya harus menarik nafas panjang.

Cukup tulisan saya tentang Harau, datanglah ke sana.
Photobucket - Video and Image Hosting
Echo Homestay, Harau. Cari Pak Ade di 0752- 7760306
Bungalow dengan harga permalam 200-300 ribu perkamar. Daya tampung total 32 orang saat ini.

Photobucket - Video and Image Hosting
Rumah kita di Echo Homestay, terdiri dari dua lantai dengan 4 kamar tapi kita berlima menginap di rumah ini yang bagian atas saja. Terdiri dari 2 kamar tidur dengan satu extra bed di lotengnya. Kami cukup membayar Rp 500.000,- untuk lantai atas dan supir kamipun diberikan kamar tanpa dikenai biaya tambahan. Oh ya, kamar mandi di Echo Homestay kebanyakan tanpa atap dengan pemandangan ke lereng-lereng Harau. Sangat memuaskan pokoknya.

Photobucket - Video and Image Hosting
Ngobrol malam di bangku samping rumah.
Di sisi rumah kita terdapat bangku panjang, ketika malam makin larut dan jutaan bintang keluar kami ngobrol di bangku ini sampai larut. Mendung dan gerimis sore tadi yang membuat rencana makan malam kita di bangku ini gagal telah tergantikan dengan jutaan bintang.

Photobucket - Video and Image Hosting
Pagi hari di Lembah Harau, saya menyusuri jalan di muka Echo Homestay. Bukit-bukit yang masih tertutup kabut , rombongan anak sekolah yang bersepeda, kerbau yang makan rumput semunya tidak mungkin bisa saya temui di Jakarta.

Photobucket - Video and Image Hosting
Kopi di pagi hari dengan tirai sinar matahari yang menyinari sawah dan bayang-bayang tebing Harau sarapan yang mengenyangkan mata.

Danau Maninjau

Hari ini bangun pagi hari, rencana mau liat sun rise. Pemandangan kota Bukittinggi dengan latar belakang sun rise dengan Gunung Merapi dan Gunung Singgalang sepertinya patut untuk dikejar.

Jam 06.00 kita sudah berdiri di depan hotel menunggu dijemput supir kita. Dari Lima orang hanya tiga orang yang rela bangun pagi untuk melihat sun rise, sisanya memilih tidur. Kita menuju ke Gedung Walikota Bukittinggi yang baru, gedung ini terletak sekitar 5 menit ke arah Utara dari Kota. Dari pelataran gedung ini kita bisa melihat kota Bukittinggi, deretan Bukit Barisan serta Gunung Merapi dan Gunung Singgalang dengan awan-awan yang menyelimuti kaki gunung. Sayang kurang lengkap dengan tidak keluarnya matahari pagi ini, ditemani oleh orang-orang yang sedang berolah raga di Gedung Walikota kami meninggalkan tempat itu jam 07.00.

Photobucket - Video and Image Hosting
Kota Bukittinggi dari Kantor Walikota yang baru

Karena kami tidak ketemu dengan penjual ketupat sayur pakis maka kami sarapan di hotel saja. Setelah selesai sarapan dan belanja oleh-oleh di Pasar Atas jam 09.30 kami menuju ke Danau Maninjau. Sekali lagi saya dibuat terpukau dengan pemandangan alam yang terbentang di sekitar kita. Sawah dengan padi menguning, bukit-bukit menghijau dan rumah-rumah gadang sepanjang jalan. Jam 10.45 kami tiba di Puncak Lawang dari sini kita bisa melihat Danau Maninjau dari ketinggian. Sekali lagi ini pemandangan yang…. Wuahhhh seperti cerita-cerita peri, danau dengan petak-petak sawah ditepinya dipagari oleh deretan gunung-gunung dan awan-awan yang mengambang di atas danau. Pemandangan yang sungguh memukau.

Sambil menghabiskan pisang panggang tabur kelapa parut campur gula jawa (saya nggak tahu nama panganan ini nih, ada yang tahu gak ?) kita menikmati pemandangan dari menara pengawas.

Photobucket - Video and Image Hosting
Danau Maninjau dari Puncak Lawang

Jam 11.35 kita mulai turun ke Danau Maninjau tentu saja melewati kelok 44 yang terkenal itu. Banyak kita temui monyet-monyet yang menunggu untuk diberi makanan di pinggir jalan.

Jam 12.00 pas jam makan siang kami sampai di Danau Maninjau, tentu saja kita segera mencari tempat makan. Kok agak susah ya mencari Warung Nasi Padang di sini, akhirnya berdasar referensi dari Lonely Planet Guide Book kita menuju ke Warung Bagus yang ternyata pada akhirnya kita namai Warung Unbagus. Kekesalan kita pertama adalah pesanan nasi rendang kita setelah menunggu 30 menit baru diberi tahu kalau rendangnya tidak ada. Kemudian ditawarkan untuk diganti dengan ikan bakar, kita setuju saja karena udah laper. Ternyata hampir satu jam kemudian yang datang bukan ikan bakar tapi ikan bumbu rendang . Enak sih…tapi lamanya itu lho. Mendingan nyari warung Padang yang langsung disajikan dan bisa langsung makan nggak perlu buang-buang waktu nunggu dimasakin.

Danau Maninjau kita lihat dari Hotel Maninjau Indah, hanya sekitar 10 menit kita berada di hotel itu untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Payakumbuh. Sayang kita nggak punya waktu untuk explore Danau Maninjau. Jam 14.10 kita melanjutkan perjalanan ke Payakumbuh.

Photobucket - Video and Image Hosting
Monyet di Kelok 44 menuju ke Danau Maninjau

Bukittinggi di hari pertama

Perjalanan liburan kali ini, saya pergi ke Sumatera Barat. Sudah lama saya ingin pergi ke Sumatera Barat tetapi selalu gagal karena tidak ada teman.

Dulu harga tiket Air Asia ke Padang sempat hanya Rp 99.000,- sekarang sih saya masih dapet 139.000,- karena sudah pesan 2 minggu sebelum berangkat.

Hasil baca dan ngobrol sama teman-teman yang sudah pernah ke Sumbar, lebih enak dan efisien kalau kita carter mobil. Makanya kalo hanya pergi seorang diri mahal kalo ingin mencarter kendaraan.

Kali ini kita pergi rombongan berlima jadi patungan mobilnya rada enteng. Sewa mobil sehari antara Rp300.000,- sampai Rp 350.000,- termasuk supir tapi tanpa bahan bakar. Mobil yang disewakan biasanya sih Kijang atau Panther. Mobil dengan kapasitas lebih besar seperti L300 akan dikenai biaya sekitar Rp 400.000,-.

Jam 08.50 setelah menunggu 15 menit di Bandara Minagkabau akhirnya mobil jemputan kita datang. Jadwal pagi ini kita akan sarapan tapi karena semua sudah sarapan akhirnya kita langsung menuju ke Lembah Anai. Kurang dari satu jam perjalanan dari Bandara sampailah kita di Air Terjun Lembah Anai. Pemandangan sepanjang jalan menuju ke Lembah Anai sungguh memanjakan mata. Deretan sawah yang menguning, bukit-bukit yang hijau di kejauhan, Gunung menjulang dengan puncak yang sepertinya tidak terlalu jauh untuk digapai. Pemandangan di awal perjalanan saja sudah menjadi hiburan yang tak ada duanya.

Air Terjun Lembah Anai terletak di pinggir jalan raya yang menghubungkan Padang dengan kota Bukittinggi. Waktu kita datang sedang ramai oleh pengunjung yang mengisi liburanan akhir pekan mereka.

Tidak lama kami di Air Terjun Lembah Anai ini, perjalanan kami lanjutkan kembali. Dua puluh menit kemudian sampailah kami di Padang Panjang tepatnya tujuan kami adalah sate Mak Syukur. Enak sekali sate Mak Syukur, dagingnya tebal-tebal dengan saus yang kental makin nikmat kalo keripik tempe dan kerupuk kulit yang tersedia kita cocolkan ke saus satenya. Lezatttt..... dua orang asing yang ikut dalam perjalanan ini juga menyatakan hal yang sama. Satu orang dari Spanyol dan seorang lagi dari Finlandia. Waktu saya diberitahu kalau ada dua orang asing yang ikut jalan-jalan saya agak enggan karena takut repot cari makanan untuk mereka. Ternyata mereka berdua asyik-asyik saja untuk urusan makan. Sulit kalo mereka pilih-pilih makanan soalnya kita juga wisata boga. Siap-siap nambah berat.

Photobucket - Video and Image Hosting
Sate Padang Mak Syukur

Kurang dari satu jam dari Padang Panjang sampailah kita di Kota Bukittinggi. Selama ini saya pikir Pemandangan Ngari Sianok, Gua Jepang dan Fort de Kock itu ada di luar kota Bukittinggi ternyata semua itu ada di dalam kota. Jadilah kami foto-foto Ngarai Sianok dan masuk ke Gua Jepang yang lokasinya memang satu tempat.

Setelah puas kami melanjutkan perjalanan untuk mencari hotel. Ada beberapa hotel yang telah saya data sesuai dengan budget kita. Pilihan akhir setelah kita datangi dan lihat kamar hotel-hotel itu adalah Hotel Galery. Hotel ini terletak di seberang Hotel Novotel Bukittinggi sehingga pemandangan juga sama lah dengan Novotel. Selain dekat dengan pusat kota ruangan juga cukup bersih dengan kamar mandi di dalam. Per kamar kami membayar Rp 180.000,- termasuk sarapan pagi.

Selesai beres-beres di kamar kami langsung berangkat lagi, kali ini kami jalan kaki dan meninggalkan mobil di hotel. Jam Gadang tujuan pertama kami, dari Jam Gadang kita jalan kaki ke Kebun Binatang. Ada beberapa sangkar binatang yang sepertinya tidak terlalu terawat selain itu juga ada Rumah Gadang dengan beberapa ornamen di dalamnya. Masuk ke Kebun Binatang yang dapat lanjut ke Fort de Kock kita membayar Rp 5000,- dan untuk ke Rumah Gadang Rp 1000,-.

Kebun Binatang yang terpisah oleh jalan raya dengan Fort de Kock dihubungkan dengan jembatan sepanjang kurang lebih 100 meter setinggi 20 meter dari jalan raya. Kebun Binatang dan Fort de Kock tidak ada spesial tentang kedua tempat ini, syarat aja kalo kita udah di Bukittinggi mengunjungi kedua tempat itu.


Photobucket - Video and Image Hosting
Jam Gadang, land mark Kota Bukittinggi

Keluar dari Fort de Kock kita menuju Pasar Atas untuk makan Nasi Kapau Uni Lis. Jam baru menunjukkan pukul 15.00 dan jam 11.00 yang lalu kita baru makan sate padang Mak Syukur tapi yang namanya wisata boga ya harus mencoba semua jajanan unggulan.

Ternyata usus isi dan dendeng balado yang saya pesan agak terlalu pedas buat saya, dengan harga Rp 23.000 untuk dua lauk sepertinya nggak jauh beda sama harga masakan Padang di Jakarta.

Selesai makan kami kembali ke Hotel setelah terlebih dahulu beli pisang panggang yang ditaburi parutan kelapa yang telah dicampur gula jawa. Desert ini yang kita makan di kamar hotel. Tidur sore dulu ah, tadi pagi bangun jam 4 soalnya.

Malamnya kami makan di Restaurant Family Benteng. Restaurant ini sama seperti yang terletak di samping Fort de Kock tapi kita memilih yang di Jalan Sudirman karena tempatnya lebih luas. Setelah makan kita menuju ke gedung pertunjukan yang terletak tidak jauh dari Jam Gadang. Sanggar tari ini tampil setiap hai Sabtu dan Minggu saja. Pada saat kami sampai di gedung pertunjukan itu, kurang lebih 50 orang penonton yang mengisi ruangan. Mayorits penonton tampaknya dari Malaysia.

Penampilan selama 100 menit sesuai brochure yang dibagikan setelah kita membayar Rp 40.000,- ternyata merupakan menjadi 70 menit yang membosankan. Penampilan menarik baru setelah menit ke 71 yaitu semenjak Pencak Silat mulai dimainkan. Setelah itu lanjut dengan Tari Piring. Gile beneran diinjek-injek tuh beling-beling piring pecah.

Photobucket - Video and Image Hosting
Tari Piring



Photobucket - Video and Image Hosting
Oleh-oleh Bukittinggi di Pasar Atas, bermacam-macam kerupuk kulit (rambak), dendeng daging sapi, belut kering, ikan danau maninjau dan singkarak yang kecil-kecil


Photobucket - Video and Image Hosting
Pisang panggang tabur kelapa parut campur gula jawa, enak nih.