Wednesday, April 27, 2005

Foto

Ada banyak foto yang gua tempel di kaca lemari buku, iseng-iseng gua itung banyakan foto sendiri atau ngggak ya, ternyata ...

  1. Pagi hari desa di kaki gunung Slamet, Alif yang motret, kedua kali naik Gunung Slamet tahun 1990 atau 1991.
  2. Sekumpulan bunga liar warna kuning di Segara Anak, Alif yang motret, naik Gunung Rinjani tahun 1993
  3. Kaleng Coca Cola di puncak Gunung Welirang, gua yang motret, tahun 1991
  4. Pembangunan terowongan dan jembatan Mangarai, gua yang motret untuk tugas Jurnalistik Foto tahun 1994.
  5. Alat berat latar belakang sun set di rencana Jalan Tol TB Simatupang, tugas Jurnalistik Foto tahun 1994.
  6. Sungai Ciliwung dari Condet
  7. Stasiun Tugu di senja hari
  8. Jejak kaki di Citandahan, FISIP goes to Ujung Kulon tahun 1995
  9. Gua motret Ira di GKSBAM 1995 di potret Ucok
  10. Berdua dengan Tajid, pendakian Gunung Pangrango lewat Citeko tahun 1997, Dodot yang motret.
  11. Gua dan Haryo pagi hari di camp dari Pelawangan Sembalun menuju Segara Anak, Alif yang motret tahun 1993.
  12. Berbaring di Pantai Ubin, FISIP goes to Ujung Kulon tahun 1995, Ika yang motret.
  13. Di rumah Tanta, Tanta yang motret tahun 1993 atau 1994 kali ya.
  14. 40 meter di dalam bumi, Luweng Ngejahan, Cahyo yang motret , Ekspedisi Caving Mapala UI tahun 1996.
  15. Awan gelap di Jambore Mapala UI, Suryakencana 1996
  16. Bersama teman-teman di Jambore Mapala UI, Suryakencana 1996, lupa yang motret
  17. Gamelan di Pentas Seni Sastra UI tahun 1995
  18. Sendiri di Jambore Mapala UI, Suryakencana 1996, lupa yang motret.
  19. Pelabuhan Padang Bai bersama Loki, Alif yang motret menuju ke Rinjani 1993
  20. Perjalanan pendek pertama ke Gunung Gede, BKP Mapala UI 1995, Anto yang motret.
  21. Foto wisuda tahun 1999, lupa yang motret
  22. GKSBAM 1995, Ucok yang motret. Juara 1 Best Dress Pria (Baju, tas dan ikat kepala Baduy, kaos putih, celana hitam gantung)
  23. Bareng Bagas dan Bapak, resepsi pernikahan Tiwik di Jogja tahun 2001.
  24. Café FISIP UI, lupa yang motret.
  25. Jakarta di malam hari, foto dari puncak gedung GKBI, pemasangan dasi di Gedung GKBI tahun 1996.
  26. Jambore FISIP UI tahun 1993 di Anyer, Acid yang motret.
  27. Pulau Peucang, Ika yang motret, FISIP goes to Ujung Kulon tahun 1995.
  28. Kampus FISIP UI, Imbie yang motret.

Setelah gua hitung ternyata foto gua yang sendiri ada 11 foto dari 28 foto, he...he...he... termasuk narcis nggak ya kalo gini ?

Bisa bawa ke surga nggak lu ?

Akhir bulan Maret, teman saya menikah. Saya kebagian tugas juga di acara itu buat jemput Pak Penghulu dan Pak Pendeta. Ya, teman saya nikah beda agama. Bukan masalah beda agama yang mau saya tulis di sini tapi Prosesi Betawi.

Pengantin pria yang datang ke rumah pengantin wanita diiringi oleh Marawis. Rencananya kita mau diiringi dari ujung jalan sampai ke rumah mempelai wanita tetapi karena hujan akhirnya Marawis menyambut kita di pintu masuk gang ke rumah mempelai wanita.

Sudah lama saya tidak mendengar suara petasan, suaranya mengalahkan bunyi guntur yang kadang terdengar. Dua untai petasan habis terbakar dan rebana langsung membahana.

Esoknya resepsi. Rombongan kami, pengantin pria, sebelum kedua pengantin bersanding ada istilahnnya pembuka palang pintu. Ibaratnya ada perawan di kampung sini yang mau dinikahi oleh orang luar kampung, maka perlu di test dulu apakah layak laki-laki itu mengambil perawan dari kampung sini. Beberapa tahapan test pelu dilalui. Pertama adalah kemampuan untuk bersilat lidah, meluncurlah pantun-pantun dari ke dua belah pihak, kadang pantun kocak yang mengocok perut kita karena isinya maupun karena cara penyampaiannya. Sudah pasti yang dimenangkan adalah pihak laki-laki. Tahapan kedua adalah adu silat, masing-masing mengeluarkan jago silatnya. Kalo yang ini lumayan seru, mereka berlatih dengan bener-bener tuh mulai dari tangan kosong sampai pake toya segala, seru nggak kalah sama Tai Chi Master. Silatnya juga menang yang wakil laki-laki dong. Test berikutnya adalah kemampuan melafalkan Al quran, setelah itu barulah kedua pengantin bersanding di pelaminan.

Kata Tegar, jaman dulu test ngaji itu dilakukan oleh mempelai pria sendiri “ Boleh aja lu jago ngomong, jago silat, tapi bisa nggak lu bawa ni perawan ke surga ?”

Duren Tiga Utara

Jalan paling adem di Jakarta adalah jalan yang menghubungkan Jl. Pasar Minggu Raya dan Jalan Mampang Papatan.
Deretan pohon-pohon di Kanan dan Kiri jalan membuat canopy yang meneduhkan pengendara yang melintas di bawahnya.

Image hosted by Photobucket.com

Ada jalan lain yang lebih adem ?

Sepatu

Setelah sekian lama tidak digunakan akhirnya rencana jalan jadi juga. Perlengkapan dikumpulkan dan dipersiapkan. Sepatu kesayangan yang sudah hampir satu tahun istirahat akhirnya akan digunakan.

Gua ambil dari bungkusan plastik di rak sepatu dan mau cek kondisi. Eh baru dipegang lapisan plastik tempat tulisan Trezeta AVS rontok dan itu kejadian di empat sisi sepatu. Bagian yang terbuat dari plastik rontok semua sementara yang terbuat dari kulit masih mulus dan bagus. Ya…. Nyesel dulu pilih sepatu pake ada plastiknya segala. Seharusnya gua pilih yang full kulit.

Lapisan Goretex yang menjamin sepatu bisa ‘bernafas’ maksudnya di dalam tetap kering kalau kena air tetapi tidak panas karena dengan lapisan Goretex panas di dalam di buang ke luar, tuh Goretex masih bagus dan jadi kelihatan karena plastik tempat merk itu copot.

Sol Vibramnya juga masih bagus. Sol ini bisa langsung dipasang crampon kalau memang dibutuhkan untuk jalan di salju atau es. Emang nggak pernah gua pake jalan di Salju tapi nih sepatu pernah dipinjem buat ke Puncak Jaya, yang punya nggak ikut sepatunya aja yang pergi deh.

Ya… mau dibilang apa lagi mungkin karena jarang dipakai atau perawatan yang salah jadi plastik itu rontoh menjadi bubuk. Nyesel juga tapi ya …. Sepatu yang nemenin gua dari tahun 1998 mungkin memang sudah waktunya buat diganti.

Image hosted by Photobucket.com

Sepatu trekking pertama gua pas SMA dulu merknya Rocky ini mirip kaya sepatu tentara tapi warnanya coklat. Tebal melindungi mata kaki dengan sol Vibram dan lapisan Goretex tentunya. Dulu gua beli di Mirusa, Guntur, masih ada nggak ya tu toko ?

Yang pasti kalo mau beli sepatu trekking ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan : Fungsi untuk melindungi kaki, ada yang memilih sepatu di atas mata kali makin bagus karena melindungi dari kemungkinan keseleo kalau salah injak atau kepleset tapi ada juga yang memilih di bawah mata kaki agar bebas bergerak. Anti air juga jadi pertimbangan penting yang pasti bahan Goretex jadi pilihan utama. Tiap merk sepatu biasa punya sol sendiri tapi kalo mereka memakai sol buatan Vibram akan makin bagus lagi untuk kondisi jalan di tanah basah. Fungsi kenyamanan lainnya adalah tempat memasukkan tali sepatu. Sepatu trekking harus gampang dilepas dan gampang di pasang kembali. Kait ring besi yang ditanamkan di sepatu dan bukan hanya lobang-lobang di sepatu akan memudahkan membuka tali sepatu. Akhirnya harga, ya seberapa jauh kita mau mengeluarkan uang buat dapet tuh sepatu.

Ya seberapa jauh ya gua mau ngeluarin uang buat sepatu trekking yang baru ?