Sunday, September 24, 2006

Langit biru Pulau Belitung

Dua minggu sepulang dari Vietnam saya sudah berada di airport lagi. Pagi ini kita mau ke Belitung. Senangnya kalau nggak perlu kerja dan bisa jalan-jalan teraussss. Perjalanan ini sebenarnya agak maksa juga berhubung budget untuk liburan sudah habis tersedot untuk jalan-jalan ke Vietnam. Dorongan kuat dari Haryo dan Selly , ini kali ke tiga mereka ke Belitung, membuat saya yang memang sudah ingin melihat Belitung sejak lama membulatkan tekad.

Ada dua maskapai yang melayani rute Jakarta ke Tanjung Pandan yaitu Sriwijaya Air dan Batavia Air dua-duanya berangkat dari Jakarta sekitar jam 06.00 dan kembali ke Jakarta dari Tanjung Pandang sekitar jam 08.00. Hanya ada satu kali penerbangan setiap harinya.

Sampai Bandara Hanandjoeddin, belum jam 8 pagi. Tempat duduk paling belakang Toyota Kijang carteran kita penuh dengan travel bag kita. Perlengkapan yang kita bawa agak banyak karena kita akan camping dua malam di Pulau Lengkuas, Pulau Mercusuar.

Kunjungan pertama ke rumah teman lama Haryo untuk pinjam galon aqua. Pulau yang akan kita kunjungi hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber air tawar makanya kita siap-siap bawa air tawar sendiri biar nggak ngerepotin orang yang tinggal di mercusuar.

Setelah sarapan mie ayam jamur Belitung, kita belanja sayuran dan buah-buahan di pasar serta beli gas untuk kompor di supermarket. Dua buah kompor kita gunakan satu kompor gas meja dan satu kompor minyak yang sering dipake tukang nasi goreng keliling.

Perjalanan kita awali dengan mengunjungi Hotel Bukit Berahu di daerah Tanjung Binga. Rencananya malam ketiga kita akan menginap di tempat ini. Setengah jam perjalanan dari Tanjung Pandan sampailah kami di Hotel Bukit Berahu.

Langit biru yang luas, awan putih yang berarak dan laut yang warnanya berubah dari hijau muda ke biru tua di kejauhan menjadi pemandangan yang biasa kita temui di tempat ini. Sambil minum di restaurant yang terdapat di puncak bukit, kita menikmati angin yang berhembus di tengah teriknya matahari.

Hanya ada lima bungalow yang terletak di pinggir pantai. Untuk mencapai tempat ini dari restaurant kita harus menuruni kurang lebih seratus anak tangga. Bungalow ini terlatak tepat di tepi pantai hanya sekitar 10 meter dari laut. Kayaknya harus menginap di tempat ini nanti, sayang untuk dilewatkan.

Hotel Bukit Berahu kita tinggalkan untuk mencari carteran kapal yang akan kita gunakan nanti sore menyeberang ke Pulau Lengkuas. Kami pergi ke desa neleyan di Tanjung Binga, nggak jauh letaknya. Harga yang disepakati Rp 500.000,- untuk antar jemput ke Pulau Lengkuas dan satu hari penuh jalan-jalan antar pulau. Kami berjanji akan datang nanti sore sekitar jam empat. Sekarang kami berangkat menuju ke Tanjung Kelayang, sekitar 20 menit dari Tanjung Binga.

Tanjung Kelayang mengingatkan Iwan akan film Y Tu Mama Tambien (And Your Mother Too). Setting tempatnya sesuai dengan imajinasi pantai rahasia Boca del Cielo yang menjadi tujuan perjalanan Tenoch, Julio dan Luisa dalam film itu. Pasir putih pantai yang memanjang, deretan pohon kelapa yang tertiup angin yang kencang, gradasi warna air laut dari hijau menjadi biru, pulau karang tak jauh dari pantai dan rumah-rumah berdinding kayu dengan atap rumbia. Ya … bisalah kalau mau dibuat versi Indonesia dari film itu dan setting lokasinya di tempat ini.

Perut sudah minta diisi tapi kita masih harus pergi ke Tanjung Tinggi sekitar dua puluh menit dari Tanjung Kelayang untuk makan siang. Tanjung Tinggi satu lagi keajaiban alam yang bisa saya saksikan. Tonjolan batu-batu granit dari dalam laut, pasir putih yang menghampar serta laut hijau biru yang tenang mambuat saya ingin menceburkan diri kedalamnya di tengah panas terik matahari. Sambil menunggu makan siang dibuat di restaurant D04, kami jalan-jalan memutari Tanjung Tinggi.

Tiga puluh menit waktu yang digunakan untuk menyiapkan makan siang kita, kita makan agak banyak siang ini : Ikan bakar, cumi bakar, udang bumbu saus padang, tumis kangkung dan Gangan. Gangan adalah masakan khas Belitung dari warnanya saya menyangka kalau akan merasakan kekentalan dan rasa pedas ternyata sayur yang isinya daging dan kepala ikan ini sangat segar. Segar sekali malah, langsung saya jatuh hati pada kecapan pertama. Total dengan minuman habis Rp 144.000,- untuk lima orang.

Selesai makan dan foto-foto kami menuju ke Tanjung Binga untuk menyeberang ke Pulau Lengkuas. Empat puluh menit waktu tempuh dari Tanjung Binga sampai ke Pulau Lengkuas dengan perahu pak Toni, nelayan Tanjung Binga. Agak sore kami sampai di Pulau Lengkuas sekitar jam 17.20.

Setelah minta ijin untuk menginap dan mengisi buku tamu, kami segera mendirikan tenda di tengah angin kencang yang bertiup.


Malam ini kami nggak perlu masak nasi, tapi bungkus nasi di Tanjung Tinggi. Untuk nasi goreng besok pagi kita akan masak nasi malam ini.

Esok paginya sesuai janji, Pak Toni menjemput jam 10.00 dengan membawa empat orang anak-anak. Perjalanan pertama adalah ke Pulau Gendut, kata empat orang anak yang ikut dalam perjalanan ini. Nama ini saya nggak yakin benar soalnya Pak Toni yang asli nelayan sini saja nggak tahu nama pulau yang kita datangi ini. Kalau berdasarkan peta sepertinya ini Pulau Kepayang.
Pulau dengan teluk yang berair tenang ini, disisi utaranya terdapat formasi batu-batuan granit yang tersebar di pantainya sedangkan di sisi selatan pasir putih halus. Pulau ini sangat mempesona.

Puas berenang dan foto-foto serta main-main pasir, perjalanan dilanjutkan mengitari Pulau Babi, kita tidak berhenti di Pulau Babi hanya mengitarinya saja. Tujuan kita adalah Pulau Burung, tempat makan siang. Empat puluh menit kemudian sampailah kami di Pulau Burung. Bekal makan siang buatan Bu RT segera dibuka. Isinya ikan ayam-ayam bakar, cumi goreng tepung, sayur kepal ikan, sambal dan lalapan ditambah rendang yang saya bawa dari Jakarta. Kami semua makan dengan lahap.

Pohon Kweni tumbuh di pulau ini, ada beberapa pohon yang tumbuh di sisi Timur dari Pulau Burung. Anak-anak setelah berenang mengumpulkan buah Kweni yang telah jatuh dari pohonnya. Satu anak ada yang mendapatkan 12 buah Kweni. Pohon Kweni di sini tingginya kurang lebih 15 sampai 20 meteran dengan batang yang sudah tidak mungkin bisa dipeluk orang dewasa. Kweni menjadi pencuci mulut makan siang selain semangka.

Jam 15.00 kita kembali ke Pulau Lengkuas, rupanya salah satu tujuan anak-anak itu ikut hari ini adalah ingin main layang-layang. Haryo bawa dua buah layangan dan sore ini kita main layangan di pantai Pulau Lengkuas.

Pak Toni dan anak-anak kembali ke Tanjung Binga setelah puas main layangan dan berenang memakai gogle kita. Pemandangan bawah laut menjadi amat berbeda dengan menggunakan kaca mata renang ataupun gogle. Banyak ikan yang bisa dilihat dengan jelas kata mereka.

Sambil menunggu sun set kita naik ke mercusuar, ditemani ratusan burung yang terbang rendah dan ribuan kelelawar yang terbang keluar sarang. Matahari sore ini turun tertutup awan di horizon.

Hari Minggu, hari ketiga perjalanan di Belitung. Jam 11.00 kita akan dijemput langsung menuju ke Tanjung Tinggi untuk makan siang, kali ini kita makan di Rindu Pantai. Udang goreng bumbu tepung, cumi bumbu saos tiram, tumis kangkung dang gangan menjadi menu kita siang ini.

Karena besok kita sudah harus ada di bandara jam 07.00, belanja oleh-oleh kita lakukan siang ini. Dari Tanjung Tinggi kita ke Tanjung Pandan untuk belanja oleh-oleh dan mengembalikan galon aqua yang kita pinjam.

Seperti rencana semula malam ini kita menginap di Hotel Bukit Berahu. Sampai di hotel sekitar jam 16.30 dan kita langsung nyebur ke laut. Sunset kita nikmati sambil berenang di laut.

Ah….. besok pagi sudah kembali ke Jakarta, kembali bekerja, kembali ke kemacetan Jakarta. Selamat tinggal luasnya langit biru, selamat tinggal hijaunya air laut, selamat tinggal putihnya pasir pantai, selamat tinggal hembusan angin. Kita akan berjumpa kembali. Semoga.

Tuesday, September 19, 2006

Halong Bay yang luar biasa

Ini tujuan utama kita ke Vietnam. Berlayar dengan perahu di Halong Bay menikmati bukit-bukit yang menonjol dari dasar laut dan menghabiskan malam di perahu.

Kali ini kita orang terakhir yang dijemput dari hotel. Jam 08.30 kita berangkat meninggalkan Hanoi dan tiga jam kemudian kita telah sampai di Halong Bay. Perjalanan ini kami ditemani dengan gerimis dan mendung yang selalu menutupi sinar matahari.

Photobucket - Video and Image Hosting
Deretan perahu yang berlabuh di dermaga Halong Bay

Sampai di dermaga kita menunggu sebentar untuk naik perahu setelah naik perahu ternyata kita menunggu lebih lama lagi. Lebih dari satu jam kita menunggu sampai perahu benar-benar berangkat. Jam 13.00 baru makan siang dihidangkan, perut yang minta diisi segera membuat makanan yang tersedia ludes seketika.

Saya pikir ikan laut itu durinya teratur nggak nyebar sembarangan ternyata ikan laut di sini durinya berantakan. Terpaksa mesti hati-hati memilah durinya. Salah satu sebab saya nggak suka makan ikan adalah duri yang berantakan ketemu deh di sini ikan dengan duri berantakan.


Photobucket - Video and Image Hosting
Menu makan siang : Ikan kukus, lumpia goreng vietnam, tumis labu dengan potongan cumi dan irisan timun

Tujuan kita adalah Thien Cung Grotto dan Dau Go Grotto. Kedua gua ini telah diberi tata cahaya yang membuat makin dramatis pemandangan di dalamnya. Jalur perjalanan dengan jembatan-jembatan penghubung untuk menelusuri gua-gua ini juga sudah dibuatkan.

Perahu bersandar di dermaga pulau dan kita mendaki ke sebuah bukit untuk masuk ke dalam gua Thien Cung. Keluar dari Gua Thien Cung kita turun beberapa meter untuk masuk ke Gua Dau Go.


Photobucket - Video and Image Hosting
Perahu yang berlabuh di Sung Sot Cave. Foto diambil dari pintu keluar gua pertama.

Ornamen di dalam dua gua ini terbilang beraneka ragam. Gourdam, pool, stalaktit, stalakmit dan coulum serta canopy banyak kita temui di dalam gua ini.

Photobucket - Video and Image Hosting
Ornamen dengan tata cahayanya

Kurang lebih satu kami kami berada di lokasi ini, keluar gua kita turun menuju ke dermaga lewah jalan yang berbeda ketika kita masuk tadi. Pada tiket seharga 30.000 dong yang dibagikan oleh guide kami, saya melihat kalau tiket ini hanya dapat digunakan sekali saja pada tanggal dikeluarkan dan dengan satu pilihan rute saja. Rute pertama adalah yang kami lakukan : Thien Cung Grotto, Dau Go Cave dan tempat lain (kecuali Sung Sot cave). Rute kedua : Sung Sot cave dan tempat lainnya (kecuali Thien Cung Grotto dan Dau Go Cave).

Jam 15.00 perjalanan dilanjutkan dengan ditemani mendung yang pekat. Saya bersyukur karena ombak tidak besar. Airnya sangat tenang hanya riak kecil saja. Hal ini mungkin disebabkan karena wilayah perairan di sini terlindungi oleh bukit-bukit yang menonjol dari dalam laut. Halong Bay ditetapkan oleh UNESCO menjadi The World Natural Heritage Site, tempat dengan luas 1500 km persegi ini mempunyai lebih dari 20.000 pulau dengan bukit-bukitnya.
Photobucket - Video and Image Hosting
Mendung yang selalu menemani

Empat puluh menit perjalanan sampailah kita di dermaga Pulau Cat Ba. Pulau dengan luas 300 km persegi ini menjadi pilihan untuk menginap selain di atas perahu. Penumpang dengan pilihan paket menginap di Pulau Cat Ba turun di sini untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan mobil ke hotel.

Jam 17.00 kita sampai di Soi Sim, tempat dengan dermaga luas ini diperuntukkan orang-orang yang ingin berenang, main kayak ataupun banana boat. Mendung yang pekat membuat saya enggan turun ke air, saya memilih naik ke puncak bukit. Empat puluh menit perahu berhenti untuk memberikan kesempatan berenang atau jalan-jalan.
Photobucket - Video and Image Hosting
Ada yang mau berenang ?

Perjalanan dilanjutkan menuju tempat kita akan menginap malam ini. Jam 18.30 sampailah kita di lokasi tempat kita akan menghabiskan malam. Daerah ini dikenal dengan nama Ti Top Beach. Malam ini ada sekitar 20 perahu yang bermalam disini. Saya hampir tidak percaya kalau kita berada di atas perahu di tengah laut karena sama sekali tidak ada gelombang ataupun riak air. Seperti kita berada di atas daratan saja, benar-benar tenang.

Pemandangan malam ini sangat mempesona, perahu dengan pantulan lampunya di air, bukit-bukit yang mengelilingi dan semilir angin. TE O PE BE GE TE
Photobucket - Video and Image Hosting
Lokasi tempat kita bermalam.


Photobucket - Video and Image Hosting
Kamar di perahu, kita dapat di lantai atas.

Photobucket - Video and Image Hosting
Menu makan malam yang luar biasa : Tumis toge dan kangkung, nugget ikan, kentang goreng, sup jagung, labu iris dengan fillet daging babi, telur dadar, ikan kukus dan nasi, minumnya Halinda Beer. Makan malam yang nikmat.

Malam ini di perahu ada satu orang Australia, dua orang Norwegia, dua orang Perancis, tiga orang Spanyol, empat orang Amerika dan dua orang Indonesia. Sebagian ngobrol di ruang tengah yang merangkap tempat makan dan yang lain ke geladak atas menikmati semilir angin.

Esok harinya jam 06.00 perahu kami telah berangkat in menuju ke Pulau Cat Ba untuk menjemput rombongan yang menginap di Pulau Cat Ba. Sebelum merapat kami sempat merasakan ombak yang lumayan besar. Sekitar setengah jam, perahu sempat terhempas ke kiri dan kanan serta lunas kapal menghajar laut beberapa kali. Hampir jam 08.00 sampailah kami di Pulau Cat Ba.

Rombongan yang naik ke perahu dari Pulau Cat Ba ternyata lebih banyak dari yang kemarin turun. Mereka adalah turis-turis yang memilih paket dua malam di Pulau Cat Ba atau pindahan dari perahu lain.
Photobucket - Video and Image Hosting
Desa Nelayan di dekat Pulau Cat Ba.

Dalam perjalanan kembali perahu berhenti untuk memberikan kesempatan berenang di sebuah teluk yang sangat tenang dengan air hijaunya. Hanya beberapa orang yang berenang sisanya ada yang berjemur, walaupun matahari masih terhalang awan mendung.

Jam 11.00 sampailah kami di dermaga, makan siang telah disiapkan di sebuah restaurant di tepi dermaga. Jam 12.30 kami sudah dalam perjalanan menuju ke Hanoi.

Selesailah perjalanan yang menakjubkan. Perjalanan Halong Bay dengan menginap di perahu ini hanya menghabiskan US $ 28 per orang.
Photobucket - Video and Image Hosting

Besok sore kami akan kembali ke Singapura dan lusanya saya kembali ke Jakarta lewat Batam. Perjalanan yang sangat menyenangkan.

(12 - 19 Agustus 2006)

Monday, September 18, 2006

Keliling kota

Hari ini kita keliling kota, perjalanan diawali dengan kunjungan ke Ho Chi Minh Mausoleum Complex. Jam bukannya jam 8 pagi dan udah tutup jam 11. Naik taxi dari hotel hanya 30.000 Dong atau sekitar Rp 18.000,- Ketika kita sampai jam 09.30 antrian orang yang mau melihat balseman jenazah Ho Chi Minh sudah mengular panjang banget.
Photobucket - Video and Image Hosting Photobucket - Video and Image Hosting
Antrian orang yang mau masuk ke Mausoleum. Kalau sudah jam 11, karpet akan digulung dan tenda akan di copot.

Kalau mau masuk ke Mausoleum, telepon dan kamera tidak boleh dibawa masuk. Ada tempat penitipan di dekat antrian dan kita nanti bisa ambil handphone dan kamera kita di pintu keluar dari Mausoleum. Jadi kita tidak perlu kembali ke tempat penitipan semula, barang kita yang diantar ke tempat pengambilan.

Jangan bawa tas walaupun kecil. Karena membawa tas kecil selama menunggu antrian masuk ke Mausoleum sempat tiga kali distop oleh tentara yang jaga. Setiap kali diperiksa diminta untuk menunjukkan semua isi tas. Cape mesti ngeluarin barang-barang jadi mendingan titipin aja semuanya.

Ketika sudah lihat balseman jenazah Uncle Ho kok seperti ngeliat boneka ya ? Apakah memang seperti ini kalau jenasah yang di balsem ? Kabarnya tiap tahun selama bulan Oktober sampai Desember kita nggak bisa ngeliat balseman Uncle Ho karena dirawat di Rusia.

Udara dingin ketika kita masuk ke Mausoleum berganti dengan panas terik ketika keluar dari gedung. Tidak jauh dari pintu keluar, kita bisa mengambil HP dan kamera yang tadi dititipkan.

Photobucket - Video and Image Hosting
Istana Presiden sebelumnya adalah Istana Gubernuer Jenderal Indochina

Ada beberapa tempat yang bisa kita kunjungi di sekitaran tempat ini selain Mausoleum kita bisa langsung masuk ke pelataran Istana Presiden yang warnanya kuning keemasan. Kita memang nggak bisa masuk ke dalam istananya hanya bisa lihat dari jalan. Biaya masuknya 5000 Dong




Masih satu jalan dari istana kita akan menuju ke tempat tinggal Uncle Ho, tempat tinggalnya sangat sederhana. Dia bahkan tidur hanya dengan alas tikar. Beneran pake tikar apa kasurnya lagi dijemur pas kita dateng ya ? He...he...he...
Photobucket - Video and Image Hosting
Kamar Uncle Ho yang sangat sederhana , beliau tinggal di sini sejak Mei 1958 hingga Agustus 1969

Keluar dari komplek Istana Presiden dan Rumah Uncle ho, kita bisa jalan ke Ho Chi Minh Museum. Di Museum ini kita bisa melihat sepak terjerang Uncle Ho mengusir Imperalis Perancis dari Vietnam. Isi museum seperti namanya ya .... kebanyakan tentang Ho Chi Minh. Pengunjung Museum ini seperti juga orang yang memberikan penghormatan untuk Uncle Ho di Mausoleumnya mulai dari anak kecil sampai kakek-kakek dan nenek-nenek. Biaya masuk ke museum ini 5000 Dong

Photobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image Hosting

Pengunjung Ho Chi Minh Museum mulai dari anak-anak sampai kakek nenek

Di bagian dasar museum terdapat kantin yang menjual aneka macam panganan. Kalau lihat roti-rotinya pasti ngiler. Rupa dan warnanya sangat mengundang selera. Mungkin ini salah satu peninggalan Perancis yang masih dilestarikan sampai saat ini, industri pembuatan roti. Saya beli satu roti yang mengkilat dan agak besar dengan membayar 8000 dong.

Photobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image Hosting

Kue-kue, siapa mau ? One Pillar Pagoda

Sambil makan roti kita keluar Museum dan jalan ke One Pillar Pagoda yang masih berada di komplek yang sama. Pagoda ini memang Pagoda yang hanya menggunakan satu pilar saja. Banyak orang yang sedang membakar hio berdiri berdesakan di tangga pintu masuk ke dalam pagoda. Saya cukup puas melihat dari bawah saja.

Setelah melihat-lihat di Mausoleum Complex ini kita jalan kaki ke arah Temple of Literature. Bukan tujuan utama untuk jalan kaki ke sana tapi sambil lihat dan motret-motret bangunan-bangunan peninggalan Perancis yang berada di sekitaran Mausoleum. Beberapa kedutaan besar terletak di daerah ini, sambil liat-liat bangunan kita mengarah ke Temple of Literature.

Setelah beberapa saat berjalan kita ketemu dengan War Museum yang berhadapan dengan Lenin Park. Kita lebih tertarik melihat Lenin Park ketimbang War Museum walaupun hanya ada satu Patung Lenin saja di tengah taman.
Photobucket - Video and Image Hosting
Patung Kamerad Lenin di Lenin Park

Bingung orientasi peta kita milih naik becak ke Temple of Literature. Tawar menawar ketemu harga 30000 Dong, sepertinya sih kemahalan. Harag turis. Ternyata emang lumayan jauh juga, tukang becaknya bawa kita lewat jalan pintas jadi lewat gang-gang yang banyak jemuran di jalanan.

Photobucket - Video and Image Hosting Photobucket - Video and Image Hosting
Temple of Literature dengan stelae doktor ai atas kura-kura

Pada musim gugur di tahun Canh Tuat di tahun kedua Than Vu (1070) padan bulan ke 8 di bawah kepemimpinan King Ly Thanh Tong, Temple of Literature dibangun.

Tahun 1484, Kaisar Le Thang Tong memerintahkan untuk membangun stelae untuk menghormati orang-orang yang memperoleh gelar Doktor. 82 stelae yang ada dibangun di atas kura-kura.


Informasi di atas saya dapat dari Brochure yang saya beli seharga 3000 Dong. Untuk masuk Temple of Literature sendiri bayar 5000 Dong

Dari Temple of Literature kita menuju ke Pasar Dong Xuan. Kita penasaran mau lihat-lihat isi tuh pasar. Beberapa taxi parkir di pintu depan Temple of Literature, kita pilih naik taxi aja soalnya males nawar-nawar becak. Ternyata eh ternyata taxi kita argo kuda. Pas mau naik dia bilang Taxi with meter, tapi ternyata meterannya kacau. Untuk jarak segitu kita ngerasa ketipu dengan biaya yang harus kita bayar. Kita bayar 65.000 Dong untuk jarak yang lebih dekat dari Hotel kita ke Mausoleum. Hati-hati kalau milih taxi di Vietnam.


Photobucket - Video and Image Hosting
Pasar Dong Xuan

Perut yang minta diisi membuat kita cari tempat makan di pasar ini. Ketemu tempat makan di sisi Utara pasar, seperti kebanyakan tempat makan di Vietnam kiat duduk di digklik cilik dengan meja yang nggak tinggi juga. Masakannya lezat dan murah. Perut kenyang dengan 12500 dong. langsung ngelihat-lihat isi pasar. Kalau mau beli souvenir beberapa lebih murah ketimbang di Old Quarter.
Photobucket - Video and Image Hosting
Cafe Moca, Katedral Street

Trauma dengan argo kuda, kita jalan kaki ke Old Quarter. Eh nggak lama kita jalan ketemu sama Katedral, ya udah mampir dulu di Mocha Cafe. Sial batuk yang nggak juga hilang menghalangi niat untuk mencoba kopi Vietnam yang terkenal itu.

Photobucket - Video and Image Hosting



Water Puppet

Dari Cafe Moca kita jalan kaki ke hotel, malam ini kita akan nonton water puppet pertunjukan jam 21.15. Setiap hari ada 5 kali pertunjukan mulai dari jam 16.00 dan terakhir jam 21.15. Pertunjukan ini selalu full, kami menonton pertunjukan ini dengan terlebih dahulu membeli tiketnya kemarin malam dengan membayar 40000 Dong.

Pertunjukkannya menghibur dan membuat kita bertanya-tanya, bagaimana cara memainkan boneka-boneka itu.

Thursday, September 14, 2006

Hari ketiga perjalanan, Menyusuri Sungai Ngo Dong

Janji dijemput di hotel jam 07.30 ternyata baru datang jam 08.20. Mobil yang kita naiki mempunyai kapasitas 14 orang penumpang dan sekarang terisi oleh 3 orang Perancis, 1 orang Jepang, 2 orang Inggris, 5 orang Spanyol, 2 orang Indonesia dan 2 orang guide.

Jam 10.45 kita sampai di perhentian pertama, Hoa Lu Anciet Capital. Di sini kita muter-muter lihat dua temple. Temple ini dikelilingi oleh deretan bukit-bukit sehingga sebagai kota pemerintahan adanya bukit-bukit itu dapat menjadi salah satu benteng alam menghadapi serangan dari Utara.
Photobucket - Video and Image Hosting Photobucket - Video and Image Hosting
Temple dari depan dan bagian dalamnya . Meja persembahan mulai dari uang kertas imitasi sampai Vodka Hanoi

Selain bangunan dan bukit-bukit yang mengitarinya menurut saya tempat ini tidak terlalu menarik untuk dikunjungi.

Menjelang siang perjalanan dilanjutkan menuju sungai Ngo Dong, tujuan utama kita hari ini. Sampai di tepi sungai sekitar jam 12 siang dan kita dijamu makan siang dulu dengan menu yang sederhana. Tahu bumbu pedas, tumis kangkung, tumis toge daging serta lumpia Vietnam. Minum kita harus membayar sendiri, harga-harga di sini agak lebih murah ketimbang di Indonesia.

Selesai makan kita langsung antri di dermaga Sungai Ngo Dong, tiap perahu berisi dua orang penumpang. Di perahu kita ada dua orang yang mendayung seorang ibu dengan ayahnya yang usianya sudah 86 tahun. “La Papa”, kata ibu pendayung itu memperkenalkan ayahnya ke kami.
Photobucket - Video and Image Hosting
Dermaga sungai, parkir perahu yang tunggu giliran

Bahasa Perancis nampaknya masih banyak digunakan di Vietnam, walaupun masa kolonial Perancis telah hilang puluhan tahun lalu tetapi peninggalan bahasa dan café serta makanan terutama roti-rotinya masih banyak tersebar di Hanoi.

Dermaga sungai ini sangat besar dan di pinggir sungai sekitar dermaga telah ditembok. Rute pulang pergi menyusuri sungai ini akan makan waktu dua jam, sungainya sangat tenang dan tidak ada arusnya sehingga pergi ataupun pulang akan makan waktu yang sama.

Sungai Ngo Dong ini mengalir diantara deretan pegunungan. Katanya ini seperti bukit-bukit di Halong Bay bedanya ini di daratan bukan di lautan. Pemandangan yang kita lihat dari perahu selama perjalanan ini menyenangkan mata. Kerucut-kerucut bukit yang hijau menonjol sepanjang sungai dengan latar belakang langit yang biru terang.
Photobucket - Video and Image Hosting
Ayo dayung kuatttt

Karena kita mulai turun ke sungai tengah hari sudah pasti panas menemani. Jangan lupa bawa topi dan kaca mata hitam. Penjual topi akan mudahkita temui di dermaga. Harga caping dijual sekitar 5000 dong bisa ditawar.

Photobucket - Video and Image Hosting
Nyaman dan tenang, kalau saja panas nggak terlalu menyengat pasti lebih nikmat

Aliran sungai ini melewati tiga buah bukit yang membentuk gua, batas antara air sungai dengan langit-langit gua hanya sekitar satu sampai dua meter. Perjalanan ini berakhir setelah gua ketiga.
Photobucket - Video and Image Hosting
Aliran sungai menjelang masuk ke dalam celah bukit.

Photobucket - Video and Image Hosting
Ya, seginilah tinggi langit-langit gua waktu kita lewati, pojok kanan adalah perahu pedagang.

Banyak penjual makanan dan minuman di tempat kita berbalik arah. Mereka mencoba untuk menjual dagangan dengan menempelkan perahu mereka ke perahu kita. Perjalanan pulang diisi dengan ibu pendayung perahu menawarkan dagangannya ke kita. Selain kaos dengan harga satuan US$ 2 dia juga menjual rajutan dan berbagai cinderamata. Ketika akan sampai dermaga ibu pendayung minta tip kita kasih US$2 ya seharga kaos yang kita beli juga dari dia.

Hanoi Garden
Sampai di Hanoi sepulang dari Sungai Ngo Dong hari masih sore, kita jalan-jalan muterin Ho Kiam Lake. Jalan-jalan di sekitaran Ho Kiam Lake agak membingungkan ketika pertama kali kita lalui tapi dijamin ketika kita lewati ketiga kalinya masih juga membingungkan. He...he...he... Lebih baik mencari peta khusus wilayah Ho Kiam Lake dan jangan hanya mengandalkan peta dari Lonely Planet.

Dua orang turis Inggris teman perjalanan kita ke Ngo Dong River bercerita kalau mereka malam sebelumnya makan enak dengan penyajian yang menyenangkan mata di Restaurant Hanoi Garden. Tujuan kita sore ini mencari restaurant itu. Sambil jalan-jalan nggak sengaja kita ketemu Katedral Hanoi, café-café di sepanjang jalan menuju ke Katedral layak untuk dikunjungi tapi mungkin besok saja tujuan kita sore ini ke Hanoi Garden.

Photobucket - Video and Image Hosting
Katedral Hanoi

Berjalan dengan patokan nama-nama jalan di tiap perempatan yang kita temui akhirnya kami menemukan juga Hanoi Garden Restaurant. Kita lihat bagaimana presentasi dan rasa dari restaurant ini apakah sesuai dengan rekomendasi dua orang Inggris itu.
Photobucket - Video and Image Hosting
Bukan plastik nih tapi bungkus dari bahan tepung beras jadi bisa dimakan

Rasanya nggak terlalu mengecewakan tampilannya juga menarik yang paling enak tentu saja lumpia Vietnam (Laska) . Ini yang paling enak saya rasakan selama di Hanoi.

Monday, September 11, 2006

Tukar uang dulu

Hari ini kita berangkat ke Hanoi. Setelah pagi-pagi muterin China Town nyari obat batuk, siangnya kita menuju ke Changi Airport. Makan siang dulu di Changi Airport sebelum naik bus shuttle ke Budget Terminal.

Photobucket - Video and Image Hosting
Jajan Pasar di Bengawan Solo, Changi Airport

Budget Terminal ini adalah terminal khusus untuk Budget Airlines, tapi sampai saat ini baru Tiger Airways saja yang menggunakan terminal ini.

Photobucket - Video and Image Hosting
Budget Terminal Changi Airport

Nggak banyak yang bisa dilihat di Budget Terminal ini baik di ruang tunggu sebelum cek in maupun ruang tunggu sebelum boarding. Hanya ada beberapa toko dan sore ini hanya ada dua penerbangan Tiger jadi sepi pengunjung.

Penerbangan dari Singapura ke Hanoi akan makan waktu sekitar 3 jam 20 menit. Berangkat dari Singapura jam 16.00 dan sampai di Noi Bai Airport jam 18.20. Waktu di Vietnam lebih lambat satu jam dibandingkan Singapura.

Photobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image Hosting
Noi Bai International Airport yang punya genteng bocor

Pemeriksaan imigrasi berjalan lancar dan ketika kita keluar bandara jemputan sudah menunggu. Selama di Hanoi kita akan menginap di Prince Hotel karena kita booking untuk 3 malam makanya dapat gratis jemputan dari Bandara.
Kalau naik taxi dari bandara menuju ke Hanoi akan kena biaya sekitar US$ 10 dengan lama perjalanan sekitar setengah jam.

Photobucket - Video and Image Hosting
Prince Hotel

Hari sudah gelap ketika kita menuju ke kawasan Old Quarter di sekitaran Danau Ho Kiam. Hotel-hotel di kawasan ini biasanya hanya terdiri dari empat lantai dengan dua belas kamar. Kita dapat kelas deluxe dengan membayar US $ 17 permalam. Kamar kita terletak di lantai empat, lantai paling atas. Lumayan juga naik tangganya. Kamarnya luas dan bersih, tv, ac, kulkas dan kipas angin tersedia. Tempat tidurnya malah satu untuk double dan satu lagi untuk single, jadi sebenarnya untuk tiga orang masih bisa.

Photobucket - Video and Image Hosting
Ini kamar di Prince Hotel, nginep 3 malam gratis jemput di airport.

Kelar beberes kita cari money changer dan mau makan malam. Ternyata malam ini kita kurang beruntung nyari money changer nggak ketemu di sekitaran Water Puppet Theater. Bank di Hanoi tutup jam 16.00, money changer sebenarnya beberapa. Kita sudah muter-muter tapi karena lapar dan cape akhirnya kita mengambil uang di ATM. Jadi mendingan siap-siap sebelum ke Hanoi tuker beberapa ratus ribu Dong buat satu hari pas dateng aja biar kalo udah keburu laper nggak repot nyari money changer. Sepertinya kalau menginap di hotel berbintang pasti ada money changer sayangnya kita nggak menginap di hotel model begitu.

Setelah dapat uang langsung cari tempat makan. Nemu satu tempat yang rame orang sedang makan kita langsung masuk aja. Ternyata tidak mengecewakan, perut kenyang hanya menghabiskan 20.000 dong sekitar Rp 12.000,-. Sayangnya batuk saya makin parah, mesti nyari obat batuk cair dulu di apotik.

Rasa obat batuk cair buatan India ini kok manis banget ya, jadi kaya minum sirup. Gak ada rasa mentol yang menyegarkan tengorokan lagi. Tahu gini bawa obat batuk dari Jakarta.

Malam ini kita cari paket tour ke wilayah Ninh Binh, mau naik perahu di Sungai Ngo Dong. Banyak tour operator yang bertebaran tinggal kita kumpulin niat buat survey harga dan service yang dikasih. Bisa dibilang rata-rata menjual dengan harga dan service yang sama. Perjalanan esok hari kita kena biaya US $ 17,5 per orang ini sudah termasuk transportasi, makan siang dan tiket masuk. Besok kita akan di jemput di hotel jam 07.30.