Sunday, September 24, 2006

Langit biru Pulau Belitung

Dua minggu sepulang dari Vietnam saya sudah berada di airport lagi. Pagi ini kita mau ke Belitung. Senangnya kalau nggak perlu kerja dan bisa jalan-jalan teraussss. Perjalanan ini sebenarnya agak maksa juga berhubung budget untuk liburan sudah habis tersedot untuk jalan-jalan ke Vietnam. Dorongan kuat dari Haryo dan Selly , ini kali ke tiga mereka ke Belitung, membuat saya yang memang sudah ingin melihat Belitung sejak lama membulatkan tekad.

Ada dua maskapai yang melayani rute Jakarta ke Tanjung Pandan yaitu Sriwijaya Air dan Batavia Air dua-duanya berangkat dari Jakarta sekitar jam 06.00 dan kembali ke Jakarta dari Tanjung Pandang sekitar jam 08.00. Hanya ada satu kali penerbangan setiap harinya.

Sampai Bandara Hanandjoeddin, belum jam 8 pagi. Tempat duduk paling belakang Toyota Kijang carteran kita penuh dengan travel bag kita. Perlengkapan yang kita bawa agak banyak karena kita akan camping dua malam di Pulau Lengkuas, Pulau Mercusuar.

Kunjungan pertama ke rumah teman lama Haryo untuk pinjam galon aqua. Pulau yang akan kita kunjungi hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber air tawar makanya kita siap-siap bawa air tawar sendiri biar nggak ngerepotin orang yang tinggal di mercusuar.

Setelah sarapan mie ayam jamur Belitung, kita belanja sayuran dan buah-buahan di pasar serta beli gas untuk kompor di supermarket. Dua buah kompor kita gunakan satu kompor gas meja dan satu kompor minyak yang sering dipake tukang nasi goreng keliling.

Perjalanan kita awali dengan mengunjungi Hotel Bukit Berahu di daerah Tanjung Binga. Rencananya malam ketiga kita akan menginap di tempat ini. Setengah jam perjalanan dari Tanjung Pandan sampailah kami di Hotel Bukit Berahu.

Langit biru yang luas, awan putih yang berarak dan laut yang warnanya berubah dari hijau muda ke biru tua di kejauhan menjadi pemandangan yang biasa kita temui di tempat ini. Sambil minum di restaurant yang terdapat di puncak bukit, kita menikmati angin yang berhembus di tengah teriknya matahari.

Hanya ada lima bungalow yang terletak di pinggir pantai. Untuk mencapai tempat ini dari restaurant kita harus menuruni kurang lebih seratus anak tangga. Bungalow ini terlatak tepat di tepi pantai hanya sekitar 10 meter dari laut. Kayaknya harus menginap di tempat ini nanti, sayang untuk dilewatkan.

Hotel Bukit Berahu kita tinggalkan untuk mencari carteran kapal yang akan kita gunakan nanti sore menyeberang ke Pulau Lengkuas. Kami pergi ke desa neleyan di Tanjung Binga, nggak jauh letaknya. Harga yang disepakati Rp 500.000,- untuk antar jemput ke Pulau Lengkuas dan satu hari penuh jalan-jalan antar pulau. Kami berjanji akan datang nanti sore sekitar jam empat. Sekarang kami berangkat menuju ke Tanjung Kelayang, sekitar 20 menit dari Tanjung Binga.

Tanjung Kelayang mengingatkan Iwan akan film Y Tu Mama Tambien (And Your Mother Too). Setting tempatnya sesuai dengan imajinasi pantai rahasia Boca del Cielo yang menjadi tujuan perjalanan Tenoch, Julio dan Luisa dalam film itu. Pasir putih pantai yang memanjang, deretan pohon kelapa yang tertiup angin yang kencang, gradasi warna air laut dari hijau menjadi biru, pulau karang tak jauh dari pantai dan rumah-rumah berdinding kayu dengan atap rumbia. Ya … bisalah kalau mau dibuat versi Indonesia dari film itu dan setting lokasinya di tempat ini.

Perut sudah minta diisi tapi kita masih harus pergi ke Tanjung Tinggi sekitar dua puluh menit dari Tanjung Kelayang untuk makan siang. Tanjung Tinggi satu lagi keajaiban alam yang bisa saya saksikan. Tonjolan batu-batu granit dari dalam laut, pasir putih yang menghampar serta laut hijau biru yang tenang mambuat saya ingin menceburkan diri kedalamnya di tengah panas terik matahari. Sambil menunggu makan siang dibuat di restaurant D04, kami jalan-jalan memutari Tanjung Tinggi.

Tiga puluh menit waktu yang digunakan untuk menyiapkan makan siang kita, kita makan agak banyak siang ini : Ikan bakar, cumi bakar, udang bumbu saus padang, tumis kangkung dan Gangan. Gangan adalah masakan khas Belitung dari warnanya saya menyangka kalau akan merasakan kekentalan dan rasa pedas ternyata sayur yang isinya daging dan kepala ikan ini sangat segar. Segar sekali malah, langsung saya jatuh hati pada kecapan pertama. Total dengan minuman habis Rp 144.000,- untuk lima orang.

Selesai makan dan foto-foto kami menuju ke Tanjung Binga untuk menyeberang ke Pulau Lengkuas. Empat puluh menit waktu tempuh dari Tanjung Binga sampai ke Pulau Lengkuas dengan perahu pak Toni, nelayan Tanjung Binga. Agak sore kami sampai di Pulau Lengkuas sekitar jam 17.20.

Setelah minta ijin untuk menginap dan mengisi buku tamu, kami segera mendirikan tenda di tengah angin kencang yang bertiup.


Malam ini kami nggak perlu masak nasi, tapi bungkus nasi di Tanjung Tinggi. Untuk nasi goreng besok pagi kita akan masak nasi malam ini.

Esok paginya sesuai janji, Pak Toni menjemput jam 10.00 dengan membawa empat orang anak-anak. Perjalanan pertama adalah ke Pulau Gendut, kata empat orang anak yang ikut dalam perjalanan ini. Nama ini saya nggak yakin benar soalnya Pak Toni yang asli nelayan sini saja nggak tahu nama pulau yang kita datangi ini. Kalau berdasarkan peta sepertinya ini Pulau Kepayang.
Pulau dengan teluk yang berair tenang ini, disisi utaranya terdapat formasi batu-batuan granit yang tersebar di pantainya sedangkan di sisi selatan pasir putih halus. Pulau ini sangat mempesona.

Puas berenang dan foto-foto serta main-main pasir, perjalanan dilanjutkan mengitari Pulau Babi, kita tidak berhenti di Pulau Babi hanya mengitarinya saja. Tujuan kita adalah Pulau Burung, tempat makan siang. Empat puluh menit kemudian sampailah kami di Pulau Burung. Bekal makan siang buatan Bu RT segera dibuka. Isinya ikan ayam-ayam bakar, cumi goreng tepung, sayur kepal ikan, sambal dan lalapan ditambah rendang yang saya bawa dari Jakarta. Kami semua makan dengan lahap.

Pohon Kweni tumbuh di pulau ini, ada beberapa pohon yang tumbuh di sisi Timur dari Pulau Burung. Anak-anak setelah berenang mengumpulkan buah Kweni yang telah jatuh dari pohonnya. Satu anak ada yang mendapatkan 12 buah Kweni. Pohon Kweni di sini tingginya kurang lebih 15 sampai 20 meteran dengan batang yang sudah tidak mungkin bisa dipeluk orang dewasa. Kweni menjadi pencuci mulut makan siang selain semangka.

Jam 15.00 kita kembali ke Pulau Lengkuas, rupanya salah satu tujuan anak-anak itu ikut hari ini adalah ingin main layang-layang. Haryo bawa dua buah layangan dan sore ini kita main layangan di pantai Pulau Lengkuas.

Pak Toni dan anak-anak kembali ke Tanjung Binga setelah puas main layangan dan berenang memakai gogle kita. Pemandangan bawah laut menjadi amat berbeda dengan menggunakan kaca mata renang ataupun gogle. Banyak ikan yang bisa dilihat dengan jelas kata mereka.

Sambil menunggu sun set kita naik ke mercusuar, ditemani ratusan burung yang terbang rendah dan ribuan kelelawar yang terbang keluar sarang. Matahari sore ini turun tertutup awan di horizon.

Hari Minggu, hari ketiga perjalanan di Belitung. Jam 11.00 kita akan dijemput langsung menuju ke Tanjung Tinggi untuk makan siang, kali ini kita makan di Rindu Pantai. Udang goreng bumbu tepung, cumi bumbu saos tiram, tumis kangkung dang gangan menjadi menu kita siang ini.

Karena besok kita sudah harus ada di bandara jam 07.00, belanja oleh-oleh kita lakukan siang ini. Dari Tanjung Tinggi kita ke Tanjung Pandan untuk belanja oleh-oleh dan mengembalikan galon aqua yang kita pinjam.

Seperti rencana semula malam ini kita menginap di Hotel Bukit Berahu. Sampai di hotel sekitar jam 16.30 dan kita langsung nyebur ke laut. Sunset kita nikmati sambil berenang di laut.

Ah….. besok pagi sudah kembali ke Jakarta, kembali bekerja, kembali ke kemacetan Jakarta. Selamat tinggal luasnya langit biru, selamat tinggal hijaunya air laut, selamat tinggal putihnya pasir pantai, selamat tinggal hembusan angin. Kita akan berjumpa kembali. Semoga.