Hari ketiga perjalanan, Menyusuri Sungai Ngo Dong
Janji dijemput di hotel jam 07.30 ternyata baru datang jam 08.20. Mobil yang kita naiki mempunyai kapasitas 14 orang penumpang dan sekarang terisi oleh 3 orang Perancis, 1 orang Jepang, 2 orang Inggris, 5 orang Spanyol, 2 orang Indonesia dan 2 orang guide.
Jam 10.45 kita sampai di perhentian pertama, Hoa Lu Anciet Capital. Di sini kita muter-muter lihat dua temple. Temple ini dikelilingi oleh deretan bukit-bukit sehingga sebagai kota pemerintahan adanya bukit-bukit itu dapat menjadi salah satu benteng alam menghadapi serangan dari Utara.
Temple dari depan dan bagian dalamnya . Meja persembahan mulai dari uang kertas imitasi sampai Vodka Hanoi
Selain bangunan dan bukit-bukit yang mengitarinya menurut saya tempat ini tidak terlalu menarik untuk dikunjungi.
Menjelang siang perjalanan dilanjutkan menuju sungai Ngo Dong, tujuan utama kita hari ini. Sampai di tepi sungai sekitar jam 12 siang dan kita dijamu makan siang dulu dengan menu yang sederhana. Tahu bumbu pedas, tumis kangkung, tumis toge daging serta lumpia Vietnam. Minum kita harus membayar sendiri, harga-harga di sini agak lebih murah ketimbang di Indonesia.
Selesai makan kita langsung antri di dermaga Sungai Ngo Dong, tiap perahu berisi dua orang penumpang. Di perahu kita ada dua orang yang mendayung seorang ibu dengan ayahnya yang usianya sudah 86 tahun. “La Papa”, kata ibu pendayung itu memperkenalkan ayahnya ke kami.
Dermaga sungai, parkir perahu yang tunggu giliran
Bahasa Perancis nampaknya masih banyak digunakan di Vietnam, walaupun masa kolonial Perancis telah hilang puluhan tahun lalu tetapi peninggalan bahasa dan café serta makanan terutama roti-rotinya masih banyak tersebar di Hanoi.
Dermaga sungai ini sangat besar dan di pinggir sungai sekitar dermaga telah ditembok. Rute pulang pergi menyusuri sungai ini akan makan waktu dua jam, sungainya sangat tenang dan tidak ada arusnya sehingga pergi ataupun pulang akan makan waktu yang sama.
Sungai Ngo Dong ini mengalir diantara deretan pegunungan. Katanya ini seperti bukit-bukit di Halong Bay bedanya ini di daratan bukan di lautan. Pemandangan yang kita lihat dari perahu selama perjalanan ini menyenangkan mata. Kerucut-kerucut bukit yang hijau menonjol sepanjang sungai dengan latar belakang langit yang biru terang.
Ayo dayung kuatttt
Karena kita mulai turun ke sungai tengah hari sudah pasti panas menemani. Jangan lupa bawa topi dan kaca mata hitam. Penjual topi akan mudahkita temui di dermaga. Harga caping dijual sekitar 5000 dong bisa ditawar.
Nyaman dan tenang, kalau saja panas nggak terlalu menyengat pasti lebih nikmat
Aliran sungai ini melewati tiga buah bukit yang membentuk gua, batas antara air sungai dengan langit-langit gua hanya sekitar satu sampai dua meter. Perjalanan ini berakhir setelah gua ketiga.
Aliran sungai menjelang masuk ke dalam celah bukit.
Ya, seginilah tinggi langit-langit gua waktu kita lewati, pojok kanan adalah perahu pedagang.
Banyak penjual makanan dan minuman di tempat kita berbalik arah. Mereka mencoba untuk menjual dagangan dengan menempelkan perahu mereka ke perahu kita. Perjalanan pulang diisi dengan ibu pendayung perahu menawarkan dagangannya ke kita. Selain kaos dengan harga satuan US$ 2 dia juga menjual rajutan dan berbagai cinderamata. Ketika akan sampai dermaga ibu pendayung minta tip kita kasih US$2 ya seharga kaos yang kita beli juga dari dia.
Hanoi Garden
Sampai di Hanoi sepulang dari Sungai Ngo Dong hari masih sore, kita jalan-jalan muterin Ho Kiam Lake. Jalan-jalan di sekitaran Ho Kiam Lake agak membingungkan ketika pertama kali kita lalui tapi dijamin ketika kita lewati ketiga kalinya masih juga membingungkan. He...he...he... Lebih baik mencari peta khusus wilayah Ho Kiam Lake dan jangan hanya mengandalkan peta dari Lonely Planet.
Dua orang turis Inggris teman perjalanan kita ke Ngo Dong River bercerita kalau mereka malam sebelumnya makan enak dengan penyajian yang menyenangkan mata di Restaurant Hanoi Garden. Tujuan kita sore ini mencari restaurant itu. Sambil jalan-jalan nggak sengaja kita ketemu Katedral Hanoi, café-café di sepanjang jalan menuju ke Katedral layak untuk dikunjungi tapi mungkin besok saja tujuan kita sore ini ke Hanoi Garden.
Katedral Hanoi
Berjalan dengan patokan nama-nama jalan di tiap perempatan yang kita temui akhirnya kami menemukan juga Hanoi Garden Restaurant. Kita lihat bagaimana presentasi dan rasa dari restaurant ini apakah sesuai dengan rekomendasi dua orang Inggris itu.
Bukan plastik nih tapi bungkus dari bahan tepung beras jadi bisa dimakan
Rasanya nggak terlalu mengecewakan tampilannya juga menarik yang paling enak tentu saja lumpia Vietnam (Laska) . Ini yang paling enak saya rasakan selama di Hanoi.
<< Home