Tuesday, March 22, 2005

Gua Sebel Jalan Batu

Saat trekking, gua paling sebel kalo nemuin jalan yang jalurnya terdiri dari bebatuan yang tersusun rapi menjadi undak-undakan.

Kesebelan gua karena : jalan kaya gitu malah bikin kita gampang kepleset kalo pake sepatu trekking, susah mancari pijakan yang aman karena mau datar atau lancip tetap aja potensi keplesetnya ada. Kalo udah kepleset paling nggak keluar energi buat menyeimbangkan diri. Buat ngangkat beban di punggung aja udah mikir keras apalagi kalo mesti mikirin kepleset.

Jalan paling enak adalah jalan tanah dengan sedikit bebatuan. Makanya gua lebih suka naik lewat Gunung Putri dibandingkan lewat Cibodas kalo mau ke Gunung Gede. Jalan tanah itu membuat gua jalan lebih nyaman nggak perlu mikirin harus milih batu mana biar nggak kepleset.

Hari Jumat. 11 Maret yang lalu setelah sekian lama nggak jalan-jalan, gua ikutan ke Kawah Ratu. Perjalanan Pendek Calon Anggota MAPALA UI. Berangkat jam 17.00 dari Depok ke Bogor dulu naik Kereta cukup nebus ongkos Rp 2000 per orang. Sampai di Bogor dari pada repot kita milih carter aja angkok langsung ke Cidahu. Supirnya ternyata nggak tahu-tahu amat Cidahu di mana waktu dia tanya jauh nggak dari Jalan Raya sampai Cidahunya, kita bilang aja 10 km. Setelah sepakat, rada males nawar juga jadi deh Rp 100.000 buat 7 orang.

Sampe Cidahu jam 21.00 kebetulan anak-anak yang berangkat duluan pake 2 tronton dari Depok lagi briefing ya udah kita ndiriin tenda dulu. Lamanya bukan ndiriin tendanya tapi nyari lokasi yang enak buat fly sheet. Setelah tiga kali pindah lokasi akhirnya kita menemukan tempat yang cocok.

Image hosted by Photobucket.com

Mantap nih tempat buat camping, di depan kita lihat city light dengan latar belakang bayangan gunung Gede dan Pangrango. Di sebelah kiri kita bisa lihat bayangan Gunung Salak. Mantap deh pemandangannya.

Sambil nyanyi-nyanyi diiringi mini orchestra dan masak cemilan akhirnya kita tidur jam 03.00. Kebangun pagi-pagi gara-gara anak-anak udah pada berisik ya bangun deh jam 06.00. Tapi gak percuma masih kebagian sun rise dikit nyembul dari balik Gunung Pangrango. Masak makan pagi biasa nasi goreng, dengan nasi yang udah dibeli tadi malam tambah lauk nugget ayam dan telur dadar. Sayang bumbu instant yang dibeli gak enak walaupun udah ditambah bawang Bombay, bawang merah dan bawang putih serta kecap, merica dan garam.

Setelah perkenalan, pemanasan dan permainan dengan dibimbing oleh instruktur Tegar dan Anast akhirnya kita mulai jalan jam 10.00 ke Kawah Ratu.

10 menit pertama kita masih jalan di jalan aspal, ada usulan buat nebeng truk yang ke Javana Spa, tapi kok ya nggak lewat-lewat, ya akhirnya jalan aja deh. Mulai masuk jalan ke Kawah Ratu kita disuguhi dengan tanjakan yang lumayan tinggi. Setelah tanjakan itu mulailah jalan yang menyebalkan, jalan batu…..

Image hosted by Photobucket.com

Perjalanan santai nih karena kita rombongan besar jadi sering berhenti nunggu komplit selain itu juga gua nggak bawa banyak barang. Udah dibawain Tegar sama Tebing. Jam 15.00 kita sampai di lapangan buat ngecamp. Masang tenda susah di sini karena bukan tanah tapi batu semua dasarnya jadi pasar susah nembus alhasil pasak kita ganti sama batu kali yang gede-gede. Mantap lah berdiri tenda dan fly sheet.

Image hosted by Photobucket.com

Hujan yang sempat menguyur tak mengganggu aktivitas memasak kita, terima kasih untuk fly sheet yang berdiri dengan kencang. Makan malam yang nikmat diselingi bercandaan segar membuat malam cepat berlalu.

Malam ini kita nyanyi-nyanyi dengan adanya 4 orang gitaris (Topan, Dede, Tebing, dan Wening) sampai di stop panitia jam 01.00. Karena nanyi dengan alat musik dilarang maka diganti dengan nembang dan artinya. Wening menembangkan Lir… Ilir

Makna yang terkandung di dalam tembang itu ternyata sangat dalam.
Ini kira-kira artinya yang mirip sama diceritakan Wening gua ambil dari :

http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=146947&kat_id=105&kat_id1=147&kat_id2=185
Ada satu lagi tembang buat kanak-kanak yang terkenal yang diberi judul Ilir-ilir. Bunyi selengkapnya : "Lir-ilir, lir ilir, tandure wing angilir, sing ijo royo-royo, tak sengguh kemanten anyar. cah angon, cah angon, penekno blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekno kanggo masuh dodotiro. dodotiro-dodotiro, kumitir bedah ing pinggir, dondomana jrumatana, kanggo sebo mengko sore, mumpung gede rembulane, mumpung jembar kalangane, ndak sorak hore."
Maksudnya adalah: sang bayi yang baru lahir di dalam dunia ini masih suci bersih, murni, sehingga ibarat seperti penganten baru, siapa saja ingin memandangnya, "bocah angon" (pengembala) itu diumpamakan santri, mualim, artinya orang yang menjalankan syariat agama. Sedangkan "blimbing" diibaratkan blimbing itu mempunyai/terdiri dari lima belahannya, maksudnya untuk menjalankan shalat lima waktu.
Meskipun "lunyu-lunyu" (licin), tolong panjatkan juga, kendatipun sembahyang itu susah, namun kerjakanlah, buat membasuh "dodotira-dodotira, kumitir bedah ing pinggir" maksudnya kendatipun shalat itu susah, tetapi kerjakan guna membasuh hati dan jiwa kita yang kotor ini.
"Dondomono, jrumatana, kanggo sebo mengko sore, dan surak-surak hore". Maksudnya " bahwa orang hidup di dalam dunia ini senantiasa condong kearah berbuat dosa, segan mengerjakan yang baik dan benar serta utama, sehingga dengan menjalankan shalat itu diharapkan besuk di kelak kemudian dapat kita buat sebagai bekal kita dalam menghadap ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bekal itu adalah beramal saleh.

Tak terasa malam berlalu dan kitapun tertidur. Anak-anak ini emang kelewat rajin jam 05.00 masih gelap udah pada bangun.

Image hosted by Photobucket.com

Ya… Udah hari Minggu, kata Dede paling nggak enak kalo tahu itu akan berakhir. Ya hari ini akhir perjalanan pendek kita. Berakhirlah jalan bersama teman-teman yang telah gua kenal 10 tahun lalu maupun yang baru gua kenal hari. Ya akhirnya kita kembali ke dunia nyata.

Monday, March 21, 2005

Fear Factor

Sederetan baki tersusun rapi di atas meja, tiap-tiap baki terdiri dari satu macam serangga atau ulat. Mulai dari ulat yang panjangnya 2 cm sampai yang panjangnya 8-10 cm. Serangga mulai dari laron, jangkrik sampai kumbang yang 10 cm panjangnya. Komplit lah ada semua. Semua sudah tergoreng kering.

Semua tersedia bukan di acara Fear Factor tapi di sudut Lumpinee Park, Bangkok. Tinggal menyerahkan sejumlah bath maka anda akan mendapatkan satu kantong yang berisi cemilan Fear Factor.

Serangga dan ulat yang kecil-kecil setelah digoreng memang jadi crispy. Tekstur serangga dan ulat tidak terlalu terasa kalo kita makan yang kecil-kecil. Nah kalo yang kita pilih yang rada besar baru deh ada juice yang keluar begitu kita menggigit cemilan kita jadi agak terasa bedanya sama makan ayam. Ya iyalah ….

Image hosted by Photobucket.com

Semua cemilan yang kita pilih setalah dimasukkan ke dalam kantong plastik akan disemprot bukan dengan pestisida karena toh sudah matang tapi dengan cairan yang rasanya agak asin. Mungkin campuran air garam, air jeruk dan bubuk cabe.

Mau latihan ikut Fear Factor ???
Coba yang ini dulu

Tuesday, March 08, 2005

Datar aja tuh rasanya

Kalo lagi pergi paling enak nyoba makanan setempat. Entah enak atau nggak enak yang penting coba dulu.
Kalo sesuap nggak enak ya minta maaf aja bilang nggak cocok sama selera kita atau minta dibungkus aja sisanya. Tapi gua sih kalo mau nyoba makanan paling ggak liat tampilannya dulu kalo keliatan bakalan pedes pasti gua nggak mau nyoba banyak-banyak. Kalo dari tampilan udah nggak menarik ya cuek aja kalo yang ngantri banyak.

Selera orang memang nggak pernah bisa digeneralisir. Kadang banyak yang suka tapi gua nggak suka. Contohnya Chiken Rice alias nasi ayam. Ayam rebus gitu apa enaknya ya ? Tapi ya itu dibilang paling enak se-Singapura tetap aja gua nggak suka.
Image hosted by Photobucket.com

Bisa dibilang masakan Singapura kurang bumbu kalo dibandingin masakan Indonesia. Semuanya yang berhubungan sama kesehatan pasti sangat diperhatikan sama pemerintah. Penggunaan MSG dibatasi atau malah dilarang. Tiap kedai yang ada di food court pasti ada label penilaian ada yang dapet A,B,C atau D. Selain kebersihan juga pilihan bahan,bumbu serta rasa jadi kategori penilaian. Tinggal pilih aja yang dapet A dijamin.... belum tentu enak.

Karena itu jangan ketipu sama iklan Visit Singapore yang ada gambar Kepiting Lada Hitam atau Kepiting saus Padang bakalan berasa enak banget. Kalo dibandingin sama masakan Sedap 1001 Kelapa Gading. Kalah jauh deh.