Friday, June 02, 2006

Bukittinggi di hari pertama

Perjalanan liburan kali ini, saya pergi ke Sumatera Barat. Sudah lama saya ingin pergi ke Sumatera Barat tetapi selalu gagal karena tidak ada teman.

Dulu harga tiket Air Asia ke Padang sempat hanya Rp 99.000,- sekarang sih saya masih dapet 139.000,- karena sudah pesan 2 minggu sebelum berangkat.

Hasil baca dan ngobrol sama teman-teman yang sudah pernah ke Sumbar, lebih enak dan efisien kalau kita carter mobil. Makanya kalo hanya pergi seorang diri mahal kalo ingin mencarter kendaraan.

Kali ini kita pergi rombongan berlima jadi patungan mobilnya rada enteng. Sewa mobil sehari antara Rp300.000,- sampai Rp 350.000,- termasuk supir tapi tanpa bahan bakar. Mobil yang disewakan biasanya sih Kijang atau Panther. Mobil dengan kapasitas lebih besar seperti L300 akan dikenai biaya sekitar Rp 400.000,-.

Jam 08.50 setelah menunggu 15 menit di Bandara Minagkabau akhirnya mobil jemputan kita datang. Jadwal pagi ini kita akan sarapan tapi karena semua sudah sarapan akhirnya kita langsung menuju ke Lembah Anai. Kurang dari satu jam perjalanan dari Bandara sampailah kita di Air Terjun Lembah Anai. Pemandangan sepanjang jalan menuju ke Lembah Anai sungguh memanjakan mata. Deretan sawah yang menguning, bukit-bukit yang hijau di kejauhan, Gunung menjulang dengan puncak yang sepertinya tidak terlalu jauh untuk digapai. Pemandangan di awal perjalanan saja sudah menjadi hiburan yang tak ada duanya.

Air Terjun Lembah Anai terletak di pinggir jalan raya yang menghubungkan Padang dengan kota Bukittinggi. Waktu kita datang sedang ramai oleh pengunjung yang mengisi liburanan akhir pekan mereka.

Tidak lama kami di Air Terjun Lembah Anai ini, perjalanan kami lanjutkan kembali. Dua puluh menit kemudian sampailah kami di Padang Panjang tepatnya tujuan kami adalah sate Mak Syukur. Enak sekali sate Mak Syukur, dagingnya tebal-tebal dengan saus yang kental makin nikmat kalo keripik tempe dan kerupuk kulit yang tersedia kita cocolkan ke saus satenya. Lezatttt..... dua orang asing yang ikut dalam perjalanan ini juga menyatakan hal yang sama. Satu orang dari Spanyol dan seorang lagi dari Finlandia. Waktu saya diberitahu kalau ada dua orang asing yang ikut jalan-jalan saya agak enggan karena takut repot cari makanan untuk mereka. Ternyata mereka berdua asyik-asyik saja untuk urusan makan. Sulit kalo mereka pilih-pilih makanan soalnya kita juga wisata boga. Siap-siap nambah berat.

Photobucket - Video and Image Hosting
Sate Padang Mak Syukur

Kurang dari satu jam dari Padang Panjang sampailah kita di Kota Bukittinggi. Selama ini saya pikir Pemandangan Ngari Sianok, Gua Jepang dan Fort de Kock itu ada di luar kota Bukittinggi ternyata semua itu ada di dalam kota. Jadilah kami foto-foto Ngarai Sianok dan masuk ke Gua Jepang yang lokasinya memang satu tempat.

Setelah puas kami melanjutkan perjalanan untuk mencari hotel. Ada beberapa hotel yang telah saya data sesuai dengan budget kita. Pilihan akhir setelah kita datangi dan lihat kamar hotel-hotel itu adalah Hotel Galery. Hotel ini terletak di seberang Hotel Novotel Bukittinggi sehingga pemandangan juga sama lah dengan Novotel. Selain dekat dengan pusat kota ruangan juga cukup bersih dengan kamar mandi di dalam. Per kamar kami membayar Rp 180.000,- termasuk sarapan pagi.

Selesai beres-beres di kamar kami langsung berangkat lagi, kali ini kami jalan kaki dan meninggalkan mobil di hotel. Jam Gadang tujuan pertama kami, dari Jam Gadang kita jalan kaki ke Kebun Binatang. Ada beberapa sangkar binatang yang sepertinya tidak terlalu terawat selain itu juga ada Rumah Gadang dengan beberapa ornamen di dalamnya. Masuk ke Kebun Binatang yang dapat lanjut ke Fort de Kock kita membayar Rp 5000,- dan untuk ke Rumah Gadang Rp 1000,-.

Kebun Binatang yang terpisah oleh jalan raya dengan Fort de Kock dihubungkan dengan jembatan sepanjang kurang lebih 100 meter setinggi 20 meter dari jalan raya. Kebun Binatang dan Fort de Kock tidak ada spesial tentang kedua tempat ini, syarat aja kalo kita udah di Bukittinggi mengunjungi kedua tempat itu.


Photobucket - Video and Image Hosting
Jam Gadang, land mark Kota Bukittinggi

Keluar dari Fort de Kock kita menuju Pasar Atas untuk makan Nasi Kapau Uni Lis. Jam baru menunjukkan pukul 15.00 dan jam 11.00 yang lalu kita baru makan sate padang Mak Syukur tapi yang namanya wisata boga ya harus mencoba semua jajanan unggulan.

Ternyata usus isi dan dendeng balado yang saya pesan agak terlalu pedas buat saya, dengan harga Rp 23.000 untuk dua lauk sepertinya nggak jauh beda sama harga masakan Padang di Jakarta.

Selesai makan kami kembali ke Hotel setelah terlebih dahulu beli pisang panggang yang ditaburi parutan kelapa yang telah dicampur gula jawa. Desert ini yang kita makan di kamar hotel. Tidur sore dulu ah, tadi pagi bangun jam 4 soalnya.

Malamnya kami makan di Restaurant Family Benteng. Restaurant ini sama seperti yang terletak di samping Fort de Kock tapi kita memilih yang di Jalan Sudirman karena tempatnya lebih luas. Setelah makan kita menuju ke gedung pertunjukan yang terletak tidak jauh dari Jam Gadang. Sanggar tari ini tampil setiap hai Sabtu dan Minggu saja. Pada saat kami sampai di gedung pertunjukan itu, kurang lebih 50 orang penonton yang mengisi ruangan. Mayorits penonton tampaknya dari Malaysia.

Penampilan selama 100 menit sesuai brochure yang dibagikan setelah kita membayar Rp 40.000,- ternyata merupakan menjadi 70 menit yang membosankan. Penampilan menarik baru setelah menit ke 71 yaitu semenjak Pencak Silat mulai dimainkan. Setelah itu lanjut dengan Tari Piring. Gile beneran diinjek-injek tuh beling-beling piring pecah.

Photobucket - Video and Image Hosting
Tari Piring



Photobucket - Video and Image Hosting
Oleh-oleh Bukittinggi di Pasar Atas, bermacam-macam kerupuk kulit (rambak), dendeng daging sapi, belut kering, ikan danau maninjau dan singkarak yang kecil-kecil


Photobucket - Video and Image Hosting
Pisang panggang tabur kelapa parut campur gula jawa, enak nih.