Monday, January 17, 2011

Taman Nasional Bromo




Taman Nasional Bromo - Tengger - Semeru, menutup perjalanan

Jam 06.00 pagi, Pak Silas sudah menjemput kami. Pak Silas dengan Suzuki Carrynya melayani rute Sarongan ke Pesanggaran, semalam Pak Pur minta agar Pak Silas menjemput kami di Rajegwesi. Memang pagi hari jadwal keberangkatannya dari Sarongan. Setelah sarapan dan berpamitan dengan Pak Pur dan Mbak Nurul kamipun naik ke dalam mobil .

Selain menjemput beberapa penumpang lain di Sarongan, dia juga melayani jasa pembelian titipan barang-barang kebutuhan sehari-hari di Pesanggaran. Kami berhenti di satu warung dan naiklah tempat telur dan jerigan minyak, Pak Silas dititipi uang untuk belanja serta daftar barang belanjaan lainnya. Nanti setelah mengantarkan penumpang sampai di Pesanggaran maka diapun akan belanja titipan.

Jalan perkebunan yang kurang bagus membuat satu setengah jam kemudian kami baru tiba di Pesanggaran. Bis lanjutan yang akan mengantarkan kami ke Jajag sudah menunggu. Bis kecil ini sudah mempunyai jadwal yang tetap sehingga keberangkatnnya bisa dipastikan, tidak perlu menunggu terlalu lama.

Tiba di Jajag bis tujuan Surabaya via Jember pas baru sampai maka kamipun langsung pindah bis. Sampai di bis ini kami belum memutuskan apakah kami akan langsung ke Surabaya ataukan mampir ke Bromo. Setelah mengecek kondisi Bromo lewat berita dan telepon penginapan di sana kamipun memastikan memilih menginap di Bromo ketimbang di Surabaya. Esok hari pesawat kami ke Jakarta akan terbang jam 19.30 jadi masih ada cukup waktu kalau siang hari kami berangkat dari Bromo langsung ke Juanda.

Kami turun di terminal Probolinggo kurang lebih jam 14.00, langsung ke pangkalan kendaraan yang menuju ke Bromo. Ransel kami masukkan ke mobil ELF itu dan kamipun makan siang. Kendaraan ke Bromo dikenal dengan lamanya ngetem, sampai penumpang penuh baru jalan kadang kalau penumpang kurang mereka hanya mau di carter. Hal ini dilakukan untuk menutupi biaya operasiobal kalau tidak carter tidak bisa nutup. Belakangan ini jumlah wisatawan dan penumpang ke Bromo sangat berkurang, penduduk yang sudah banyak menggunakan motor pribadi untuk mobilisasi dan kondisi Bromo yang baru dan masih erupsi membuat jumlah penumpang sangat sedikit.

Sampai dua jam kemudian, jam 16.00, jumlah penumpang hanya 3 orang. Solusi yang ditawarkan adalah carter. Rp 75.000,- per orang harga penawaran awal dari ongkos normal Rp 25.000,- per orang. Akhinya disepakati harga Rp 200.000,- yang akan dibagi diantara 3 penumpang yang akan ke Bromo.

Makin lama, makin besar saja kendaraan yang kami carter. Diawali dengan Suzuki Carry kemudian Mitsubishi Colt L 300 dan diakhiri dengan Mitsubishi ELF.
Sampai Sukapura kabut tebal menyambut kami, dingin. Lewat Sukapura mulai tampak tumpukan abu Bromo di sepanjang jalan, pohon-pohon yang rebah tak kuat menahan beban abu di ranting dan dahan-dahannya, tanaman sayuran yang tertutup abu dan genteng rumah yang berselimutkan abu. Tak lama kami liat asap hitam yang membumbung ke udara….. baru dua puluh menit kemudian kami tiba di bibir Plateau dan melihat Bromo dengan asapnya.

Mutar-mutar cari penginapan di Cemoro Lawang, beberapa penginapan saja yang buka pasca erupsi dua minggu sebelumnya. Sampai saat inipun masih hujan abu tetapi biasanya jatuh lewat dari Cemoro Lawang jadi desa ini bebas dari hujan abu.

Cahaya matahari tenggelam sempat kami nikmati bersama dinginnya udara diketinggian sekitar 2400 meter di atas permukaan laut. Listrik belum menyala di Desa ini sehingga hanya beberapa bagian saja yang menggunakan genset yang mempunyai penerangan.

Esok paginya kami menuju ke Pananjakan 2 menggunakan ojek. Jalan ke Pananjakan 1 belum dibuka, masih banyak pohon tumbang dan belum dibersihkan. Seperti kata Mas Budi, tukang ojek saya, Pak Kepala Dusun belum member izin. “Bromo belum selesai…”, katanya.

Turun dari ojek ternyata masih dilanjutkan dengan berjalan kaki sampai ke pos pengamatan. Segera kami gunakan head lamp untuk melanjutkan perjalanan. Jalan mendaki dengan banyak tertutup pohon tumbang membuat kami harus mencari-cari jalan, tas dan jaket kamipun ditempeli debu-debu gunung. Sampai di pos pengamatan Pananjalan 2 belum ada orang dan masih gelap. Kami duduk menunggu cahaya matahari keluar.

Bersamaan dengan keluarnya cahaya pagi tampaklah Gunung Bromo dengan asapnya ditengah-tegah Plateau. Para pengunjung lebih memperhatikan Gunung Bromonya ketimbang ke matahari terbit. Matahari terbit pagi ini tertutup awan dan ketika lebih naik lagi tertutup asap Bromo jadi jam 10.00 pagi masih seperti pagi hari karena matahari tertutup asap Bromo.

Gunung Semeru, Gunung Belimbing dan Gunung Bromo di tengah plateau. Pemandangan yang sangat indah…..

Malam ini kami kembali ke Jakarta lewat Juanda, Surabaya. Selesailah perjalanan kali ini, tak direncanakan sebelumnya kami bisa mendatangi empat Taman Nasional.

Terima kasih buat semuanya.



Mobil Rajegwesi – Pesanggaran Rp 35.000,- per orang
Bis Pesanggaran – Jajag Rp 10.000,- per orang
Bis Jajag – Probolinggo Rp 20.000,- per orang
Mobil Probolinggo – Cemoro Lawang Rp 200.000,- carter satu mobil
Penginapan Cemara Indah Rp 315.000,- satu malam
Mobil Cemoro Lawang – Probolinggo Rp 25.000,- per orang
Bis Patas AC Probolinggo – Surabaya Rp 23.000,- per orang

Taman Nasional Baluran :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/128/Empat_Taman_Nasional_dalam_satu_minggu_

Taman Nasional Alas Purwo :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/130/Taman_Nasional_Alas_Purwo_Ujung_Timur_Pulau_Jawa_bagian_Selatan

Taman Nasional Meru Betiri :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/132/Taman_Nasional_Meru_Betiri_sebentar_menengok_Teluk_Hijau

Taman Nasional Bromo – Tengger – Semeru :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/133

Labels: , , , , , , ,

Taman Nasional Bromo




Taman Nasional Bromo - Tengger - Semeru, menutup perjalanan

Jam 06.00 pagi, Pak Silas sudah menjemput kami. Pak Silas dengan Suzuki Carrynya melayani rute Sarongan ke Pesanggaran, semalam Pak Pur minta agar Pak Silas menjemput kami di Rajegwesi. Memang pagi hari jadwal keberangkatannya dari Sarongan. Setelah sarapan dan berpamitan dengan Pak Pur dan Mbak Nurul kamipun naik ke dalam mobil .

Selain menjemput beberapa penumpang lain di Sarongan, dia juga melayani jasa pembelian titipan barang-barang kebutuhan sehari-hari di Pesanggaran. Kami berhenti di satu warung dan naiklah tempat telur dan jerigan minyak, Pak Silas dititipi uang untuk belanja serta daftar barang belanjaan lainnya. Nanti setelah mengantarkan penumpang sampai di Pesanggaran maka diapun akan belanja titipan.

Jalan perkebunan yang kurang bagus membuat satu setengah jam kemudian kami baru tiba di Pesanggaran. Bis lanjutan yang akan mengantarkan kami ke Jajag sudah menunggu. Bis kecil ini sudah mempunyai jadwal yang tetap sehingga keberangkatnnya bisa dipastikan, tidak perlu menunggu terlalu lama.

Tiba di Jajag bis tujuan Surabaya via Jember pas baru sampai maka kamipun langsung pindah bis. Sampai di bis ini kami belum memutuskan apakah kami akan langsung ke Surabaya ataukan mampir ke Bromo. Setelah mengecek kondisi Bromo lewat berita dan telepon penginapan di sana kamipun memastikan memilih menginap di Bromo ketimbang di Surabaya. Esok hari pesawat kami ke Jakarta akan terbang jam 19.30 jadi masih ada cukup waktu kalau siang hari kami berangkat dari Bromo langsung ke Juanda.

Kami turun di terminal Probolinggo kurang lebih jam 14.00, langsung ke pangkalan kendaraan yang menuju ke Bromo. Ransel kami masukkan ke mobil ELF itu dan kamipun makan siang. Kendaraan ke Bromo dikenal dengan lamanya ngetem, sampai penumpang penuh baru jalan kadang kalau penumpang kurang mereka hanya mau di carter. Hal ini dilakukan untuk menutupi biaya operasiobal kalau tidak carter tidak bisa nutup. Belakangan ini jumlah wisatawan dan penumpang ke Bromo sangat berkurang, penduduk yang sudah banyak menggunakan motor pribadi untuk mobilisasi dan kondisi Bromo yang baru dan masih erupsi membuat jumlah penumpang sangat sedikit.

Sampai dua jam kemudian, jam 16.00, jumlah penumpang hanya 3 orang. Solusi yang ditawarkan adalah carter. Rp 75.000,- per orang harga penawaran awal dari ongkos normal Rp 25.000,- per orang. Akhinya disepakati harga Rp 200.000,- yang akan dibagi diantara 3 penumpang yang akan ke Bromo.

Makin lama, makin besar saja kendaraan yang kami carter. Diawali dengan Suzuki Carry kemudian Mitsubishi Colt L 300 dan diakhiri dengan Mitsubishi ELF.
Sampai Sukapura kabut tebal menyambut kami, dingin. Lewat Sukapura mulai tampak tumpukan abu Bromo di sepanjang jalan, pohon-pohon yang rebah tak kuat menahan beban abu di ranting dan dahan-dahannya, tanaman sayuran yang tertutup abu dan genteng rumah yang berselimutkan abu. Tak lama kami liat asap hitam yang membumbung ke udara….. baru dua puluh menit kemudian kami tiba di bibir Plateau dan melihat Bromo dengan asapnya.

Mutar-mutar cari penginapan di Cemoro Lawang, beberapa penginapan saja yang buka pasca erupsi dua minggu sebelumnya. Sampai saat inipun masih hujan abu tetapi biasanya jatuh lewat dari Cemoro Lawang jadi desa ini bebas dari hujan abu.

Cahaya matahari tenggelam sempat kami nikmati bersama dinginnya udara diketinggian sekitar 2400 meter di atas permukaan laut. Listrik belum menyala di Desa ini sehingga hanya beberapa bagian saja yang menggunakan genset yang mempunyai penerangan.

Esok paginya kami menuju ke Pananjakan 2 menggunakan ojek. Jalan ke Pananjakan 1 belum dibuka, masih banyak pohon tumbang dan belum dibersihkan. Seperti kata Mas Budi, tukang ojek saya, Pak Kepala Dusun belum member izin. “Bromo belum selesai…”, katanya.

Turun dari ojek ternyata masih dilanjutkan dengan berjalan kaki sampai ke pos pengamatan. Segera kami gunakan head lamp untuk melanjutkan perjalanan. Jalan mendaki dengan banyak tertutup pohon tumbang membuat kami harus mencari-cari jalan, tas dan jaket kamipun ditempeli debu-debu gunung. Sampai di pos pengamatan Pananjalan 2 belum ada orang dan masih gelap. Kami duduk menunggu cahaya matahari keluar.

Bersamaan dengan keluarnya cahaya pagi tampaklah Gunung Bromo dengan asapnya ditengah-tegah Plateau. Para pengunjung lebih memperhatikan Gunung Bromonya ketimbang ke matahari terbit. Matahari terbit pagi ini tertutup awan dan ketika lebih naik lagi tertutup asap Bromo jadi jam 10.00 pagi masih seperti pagi hari karena matahari tertutup asap Bromo.

Gunung Semeru, Gunung Belimbing dan Gunung Bromo di tengah plateau. Pemandangan yang sangat indah…..

Malam ini kami kembali ke Jakarta lewat Juanda, Surabaya. Selesailah perjalanan kali ini, tak direncanakan sebelumnya kami bisa mendatangi empat Taman Nasional.

Terima kasih buat semuanya.



Mobil Rajegwesi – Pesanggaran Rp 35.000,- per orang
Bis Pesanggaran – Jajag Rp 10.000,- per orang
Bis Jajag – Probolinggo Rp 20.000,- per orang
Mobil Probolinggo – Cemoro Lawang Rp 200.000,- carter satu mobil
Penginapan Cemara Indah Rp 315.000,- satu malam
Mobil Cemoro Lawang – Probolinggo Rp 25.000,- per orang
Bis Patas AC Probolinggo – Surabaya Rp 23.000,- per orang

Taman Nasional Baluran :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/128/Empat_Taman_Nasional_dalam_satu_minggu_

Taman Nasional Alas Purwo :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/130/Taman_Nasional_Alas_Purwo_Ujung_Timur_Pulau_Jawa_bagian_Selatan

Taman Nasional Meru Betiri :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/132/Taman_Nasional_Meru_Betiri_sebentar_menengok_Teluk_Hijau

Taman Nasional Bromo – Tengger – Semeru :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/133

Labels: , , , , , , ,

Thursday, January 13, 2011

Empat Taman Nasional dalam satu minggu




Empat Taman Nasional dalam satu minggu diawali dengan Taman Nasional Baluran

Nggak kepikiran buat ke empat Taman Nasional, rencana awal hanya ke Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Meru Betiri. Tiket pesawat beli on line empat hari sebelum berangkat, rencana awal sampai Surabaya langsung disambung dengan perjalanan darat ke Banyuwangi untuk bermalam. Satu hari sebelum berangkat terpikir kemungkinan untuk bermalam di Taman Nasional Baluran, jarak antara Baluran dan Banyuwangi yang nggak jauh membuat berubah rencana jadi bermalam di Taman Nasional Baluran. Nah ke Taman Nasional Bromo – Tengger – Semeru (BTS) juga dadakan, nggak kepikir awalnya. Pulang dari Meru Betiri menuju ke Surabaya untuk bermalam kepikiran karena kita akan lewat Probolinggo dan pesawat kembali ke Jakarta masih esok malam jadi mungkin sekali untuk bermalam di Bromo. Maka jadilah bermalam di Bromo ketimbang di Surabaya. Itulah makanya bisa ke Empat Taman Nasional dalam satu minggu.

TAMAN NASIONAL BALURAN, UJUNG TIMUR PULAU JAWA BAGIAN UTARA

Pesawat yang membawa kami terlambat satu jam dari rencana awal, jadilah kami baru terbang jam 08.00 menuju ke Surabaya, cuaca cerah, hari ini tanggal 2 Januari 2011.
Selesai mengurus bagasi, kami membawa dua buah tas ransel ukuran 60 liter lebih dengan isi perlengkapan camping lengkap, kami menuju ke terminal bis Purabaya di Bungurasih dengan Bis Damri dari Bandara Juanda. Sampai Bungurasih kami late brunch dulu, nasi pecel dan sekaligus cari informasi menuju ke Banyuwangi.

Ada dua jalan menuju ke Banyuwangi dari Surabaya satu lewat Situbondo dan satunya lewat Jember. Calo dan kernet bis di terminal tidak bisa dipercaya, informasi harus di cari tahu secara lengkap sendiri dan dari berbagai sumber jangan percaya hanya pada satu sumber informasi. Jam 11.00 kami sudah naik bis tujuan ke Banyuwangi, bis ekomoni dengan penumpang tidak sampai setengah kursi terisi.

Cerita tentang bis ini juga menjadi cerita tersendiri, dari awak bis kita tahu kalau jumlah penumpang terus menurun. Bahan Tahun baru, satu hari sebelumnyapun sepi penumpang. Dugaan awak bis ini disebabkan karena makin banyaknya pemilik motor yang memilih untuk bepergian dengan motornya sendiri. Hal ini membuat bis-bis menjadi kosong dan harus menunggu memenuhi kuota minimal untuk bisa jalan.

Sampailah kami di Probolinggo jam 13.30 dan setelah bis masuk ke terminal kenek bilang penumpang jurusan Jember pindah ke bis di depan. Saya kaget kok ada penumpang tujuan Jember, bukannya bis ini akan lewat Situbondo dan ternyata penumpang tujuan Banyuwangi juga di oper ke bis lain yang sudah ngetem di depan. Ya…bis yang kami naiki ternyata menaikkan penumpang semua jurusan untuk sampai di Probolinggo untuk kemudian dipindahkan ke bis lain. Ya ini salah satu dampak kurangnya penumpang juga sepertinya.

Perjalanan kami lanjutan dengan bis yang berbeda awalnya kami naik bis AC (AC-nya semilir aja nggak dingin) dan dipindah ke bis non AC (anginnya malah lebih segar), perpindahan penumpang ke bis lain ini penumpang tidak perlu membayar biaya lagi, tinggal menunjukkan sobekan karcis terdahulu dan nanti akan dibuatkan karcis baru lagi.

Perjalanan lancar, jam 16.20 sampailah kami di Situbondo dan untungnya kita tidak dioper ke bis lain, hanya menunggu sekitar lima belas menit untuk kemudian jalan lagi. Sambil menunggu saya turun dan mencari toko yang jualan spiritus untuk bahan bakar kompor Trangia yang kami bawa ternyata tidak ada yang jual di sekitar terminal.

Jam 18.00 kami turun di Batangan, pintu masuk ke Taman Nasional Baluran. Lapor ke Jagawana yang ada kita bilang mau bermalam di Pantai Bama. Sambil menunggu ojek yang akan mengantarkan, kita mencari makan malam dan penjual spiritus. Yang jual spiritus masih nggak nemu (inilah akibat bepergian dengan pesawat dan mepetnya waktu sehingga nggak sempet cari di Surabaya) untung yang jual pecel ayam masih ada jadilah kita bungkus untuk makan malam nanti.

Perjalanan dari Gerbang Batangan ke Pantai Bama melewati Padang Bekol. Jarak antara Batangan ke Padang Bekol sekitar 12 km dengan kondisi jalan yang tidak mulus lanjut ke pantai Bama tambah 3 km lagi dengan kondisi jalan yang lebih parah. Membonceng ojek dengan mengenakan ransel 20 kg di jalan tidak mulus dan licin sehabis hujan membutuhkan konsentrasi lebih buat pengendara dan pembonceng.

Satu jam lebih sedikit sampailah kami di Pantai Bama. Tedy dan Toha dari PEH (Penjaga Ekosistem Hutan) menyambut kami dan menjelaskan tentang penginapan yang ada di Pantai Bama. Selain itu ada Pak Misman dan Pak Bambang yang bertugas di kantin selama ada pengunjung.

Setelah makan pecel ayam kamipun tertidur di Pesanggrahan Pantai Bama, wuihh tadi pagi kami masih di Jakarta dan malam harinya kami ada di ujung Timur Pulau Jawa di sisi Utara.

Matahari belum keluar tapi sudah terang di sini, kicauan berbagai macam burung yang bertengger di pohon disamping Pesanggrahan membuat saya bangun. Jam 05.15 warna oranye dan merah matahari pagi mulai keluar. Laut sedang surut jauh dari bibir pantai. Lebar daerah pasang surut di Pantai Bama antara 200 – 500 meter. Enam kijang dikejauhan nampak berjalan beriringan di tepi pantai. Kami saling mengamati, mereka melihat kita dan kita melihat mereka. Matahari belum lagi keluar tetapi cahayanya sudah mendahului. Riuh rendah suara burung-burung menemani kami pagi ini.

Jam 06.30 kami sarapan di kantin, mie goreng instant. Pak Misman yang menyiapkan sarapan pagi kita menanyakan nanti siang akan makan atau tidak. Hanya ada kantin di Pantai Bama di Padang Bekol tidak ada dan karena kami tidak memdapatkan spirtus maka kami tergantung pada kantin. Kami minta dimasakkan makan siang, apa yang dihidangkan akan kami makan begitu kami bilang ke Pak Misman.

Jam 07.00 saat kehangatan matahari pagi mulai menemani, rombongan monyet berjalan beriringan di pantai. Dalam sekejap Pantai Bama dipenuhi oleh monyet-monyet. Hati-hati terhadap monyet-monyet ini, mereka suka mengambil makanan kalau membawa kantong kresek plastik hati-hati bisa direbut monyet-monyet itu. Mereka bermain diayunan, batang pohon, naik di kap mobil dan berkejar-kejaran di pantai. Keluarga Monyet keluar semua dari Bapak, Ibu, Kakek, Nenek sampai bayi monyet.

Hari ini kita akan trekking ke Padang Bekol sekitar 3,5 km jalan kaki lewat rute dalam. Jam 08.15 kami mulai perjalanan dengan membawa bekal cemilan dan minuman sekedarnya. Kami lewati jalan hutan yang bersebelahan dengan pantai. Tahun 2010 bisa dibilang tidak ada musim kemarau sehingga Taman Nasional Baluran yang kalau musim kemarau akan menjadi coklat kering saat kami datang berwarna hijau royo-royo. Setelah berjalan satu jam lebih sedikit sampailah kami di Pos Bekol.

Bekol adalah savannah luas dengan menara pandang di puncak bukit di belakang Pos. Pemandangan 360 derajat dari menara pandang ditambah seminir angin membuat nikmat untuk tidur siang sebentar. Rasa lapar membuat saya ingin kembali ke Pantai Bama untuk makan siang, jarak 3 km dari Padang Bekol ke Pantai Bama kami jalani dalam 45 menit antara lapar dan jalan datar lurus membuat kami berjalan agak cepat. Sampai Pantai Bama jam 12.30 pas untuk makan siang, hidangan yang tersedia langsung saya sikat. Nasi, mie Sedap rasa soto, mie Sedap goreng, perkedel jagung dan sambal menjadi menu yang sangat nikmat siang ini. Mie Sedap sepertinya menguasai pasar di daerah yang kami lalui, setiap saat yang dihidangkan pasti Mie Sedap. Saya baru pertama kali makan Mie Sedap rasa Soto dan enak juga.

Sore ini kami akan pindah ke Pesanggaran di Padang Bekol, kenyang makan siang saat leyeh-leyeh di bangku di tepi pantai yang dinaungi Pohon Asam yang besar. Sore hari kami diantar motor Pak Bambang pindah ke Padang Bekol. Kami memilih meninap di Pesanggrahan Wisma Rusa di lantai 2. Tempat kami menginap sudah dipasangi tralis sehingga tidak perlu takut akan gangguan monyet yang akan mengambil makanan.

Sore ini sunset di Menara Pandang Padang Bekol ditemani hujan rintik-rintik dan semilir angin.

Surabaya – Batangan menggunakan bis umum Rp 40.000,- Tiket Taman Nasional Rp 2.500,-
Ojek Batangan – Pantai Bama Rp 35.000,- per orang
Penginapan di Pantai Bama Rp 75.000,- per orang
Ojek Pantai Bama – Padang Bekol Rp 10.000,- per orang
Penginapan di Padang Bekol Rp 35.000,- ada juga yang Rp 50.000,- atau Rp 75.000,- per orang per malam tergantung tempat yang dipilih.
Mobil Padang Bekol – Batangan Rp 100.000,- satu mobil


Taman Nasional Baluran :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/128/Empat_Taman_Nasional_dalam_satu_minggu_

Taman Nasional Alas Purwo :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/130/Taman_Nasional_Alas_Purwo_Ujung_Timur_Pulau_Jawa_bagian_Selatan

Taman Nasional Meru Betiri :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/132/Taman_Nasional_Meru_Betiri_sebentar_menengok_Teluk_Hijau

Taman Nasional Bromo – Tengger – Semeru :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/133


Labels: , , , , , , , , ,

Empat Taman Nasional dalam satu minggu




Empat Taman Nasional dalam satu minggu diawali dengan Taman Nasional Baluran

Nggak kepikiran buat ke empat Taman Nasional, rencana awal hanya ke Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Meru Betiri. Tiket pesawat beli on line empat hari sebelum berangkat, rencana awal sampai Surabaya langsung disambung dengan perjalanan darat ke Banyuwangi untuk bermalam. Satu hari sebelum berangkat terpikir kemungkinan untuk bermalam di Taman Nasional Baluran, jarak antara Baluran dan Banyuwangi yang nggak jauh membuat berubah rencana jadi bermalam di Taman Nasional Baluran. Nah ke Taman Nasional Bromo – Tengger – Semeru (BTS) juga dadakan, nggak kepikir awalnya. Pulang dari Meru Betiri menuju ke Surabaya untuk bermalam kepikiran karena kita akan lewat Probolinggo dan pesawat kembali ke Jakarta masih esok malam jadi mungkin sekali untuk bermalam di Bromo. Maka jadilah bermalam di Bromo ketimbang di Surabaya. Itulah makanya bisa ke Empat Taman Nasional dalam satu minggu.

TAMAN NASIONAL BALURAN, UJUNG TIMUR PULAU JAWA BAGIAN UTARA

Pesawat yang membawa kami terlambat satu jam dari rencana awal, jadilah kami baru terbang jam 08.00 menuju ke Surabaya, cuaca cerah, hari ini tanggal 2 Januari 2011.
Selesai mengurus bagasi, kami membawa dua buah tas ransel ukuran 60 liter lebih dengan isi perlengkapan camping lengkap, kami menuju ke terminal bis Purabaya di Bungurasih dengan Bis Damri dari Bandara Juanda. Sampai Bungurasih kami late brunch dulu, nasi pecel dan sekaligus cari informasi menuju ke Banyuwangi.

Ada dua jalan menuju ke Banyuwangi dari Surabaya satu lewat Situbondo dan satunya lewat Jember. Calo dan kernet bis di terminal tidak bisa dipercaya, informasi harus di cari tahu secara lengkap sendiri dan dari berbagai sumber jangan percaya hanya pada satu sumber informasi. Jam 11.00 kami sudah naik bis tujuan ke Banyuwangi, bis ekomoni dengan penumpang tidak sampai setengah kursi terisi.

Cerita tentang bis ini juga menjadi cerita tersendiri, dari awak bis kita tahu kalau jumlah penumpang terus menurun. Bahan Tahun baru, satu hari sebelumnyapun sepi penumpang. Dugaan awak bis ini disebabkan karena makin banyaknya pemilik motor yang memilih untuk bepergian dengan motornya sendiri. Hal ini membuat bis-bis menjadi kosong dan harus menunggu memenuhi kuota minimal untuk bisa jalan.

Sampailah kami di Probolinggo jam 13.30 dan setelah bis masuk ke terminal kenek bilang penumpang jurusan Jember pindah ke bis di depan. Saya kaget kok ada penumpang tujuan Jember, bukannya bis ini akan lewat Situbondo dan ternyata penumpang tujuan Banyuwangi juga di oper ke bis lain yang sudah ngetem di depan. Ya…bis yang kami naiki ternyata menaikkan penumpang semua jurusan untuk sampai di Probolinggo untuk kemudian dipindahkan ke bis lain. Ya ini salah satu dampak kurangnya penumpang juga sepertinya.

Perjalanan kami lanjutan dengan bis yang berbeda awalnya kami naik bis AC (AC-nya semilir aja nggak dingin) dan dipindah ke bis non AC (anginnya malah lebih segar), perpindahan penumpang ke bis lain ini penumpang tidak perlu membayar biaya lagi, tinggal menunjukkan sobekan karcis terdahulu dan nanti akan dibuatkan karcis baru lagi.

Perjalanan lancar, jam 16.20 sampailah kami di Situbondo dan untungnya kita tidak dioper ke bis lain, hanya menunggu sekitar lima belas menit untuk kemudian jalan lagi. Sambil menunggu saya turun dan mencari toko yang jualan spiritus untuk bahan bakar kompor Trangia yang kami bawa ternyata tidak ada yang jual di sekitar terminal.

Jam 18.00 kami turun di Batangan, pintu masuk ke Taman Nasional Baluran. Lapor ke Jagawana yang ada kita bilang mau bermalam di Pantai Bama. Sambil menunggu ojek yang akan mengantarkan, kita mencari makan malam dan penjual spiritus. Yang jual spiritus masih nggak nemu (inilah akibat bepergian dengan pesawat dan mepetnya waktu sehingga nggak sempet cari di Surabaya) untung yang jual pecel ayam masih ada jadilah kita bungkus untuk makan malam nanti.

Perjalanan dari Gerbang Batangan ke Pantai Bama melewati Padang Bekol. Jarak antara Batangan ke Padang Bekol sekitar 12 km dengan kondisi jalan yang tidak mulus lanjut ke pantai Bama tambah 3 km lagi dengan kondisi jalan yang lebih parah. Membonceng ojek dengan mengenakan ransel 20 kg di jalan tidak mulus dan licin sehabis hujan membutuhkan konsentrasi lebih buat pengendara dan pembonceng.

Satu jam lebih sedikit sampailah kami di Pantai Bama. Tedy dan Toha dari PEH (Penjaga Ekosistem Hutan) menyambut kami dan menjelaskan tentang penginapan yang ada di Pantai Bama. Selain itu ada Pak Misman dan Pak Bambang yang bertugas di kantin selama ada pengunjung.

Setelah makan pecel ayam kamipun tertidur di Pesanggrahan Pantai Bama, wuihh tadi pagi kami masih di Jakarta dan malam harinya kami ada di ujung Timur Pulau Jawa di sisi Utara.

Matahari belum keluar tapi sudah terang di sini, kicauan berbagai macam burung yang bertengger di pohon disamping Pesanggrahan membuat saya bangun. Jam 05.15 warna oranye dan merah matahari pagi mulai keluar. Laut sedang surut jauh dari bibir pantai. Lebar daerah pasang surut di Pantai Bama antara 200 – 500 meter. Enam kijang dikejauhan nampak berjalan beriringan di tepi pantai. Kami saling mengamati, mereka melihat kita dan kita melihat mereka. Matahari belum lagi keluar tetapi cahayanya sudah mendahului. Riuh rendah suara burung-burung menemani kami pagi ini.

Jam 06.30 kami sarapan di kantin, mie goreng instant. Pak Misman yang menyiapkan sarapan pagi kita menanyakan nanti siang akan makan atau tidak. Hanya ada kantin di Pantai Bama di Padang Bekol tidak ada dan karena kami tidak memdapatkan spirtus maka kami tergantung pada kantin. Kami minta dimasakkan makan siang, apa yang dihidangkan akan kami makan begitu kami bilang ke Pak Misman.

Jam 07.00 saat kehangatan matahari pagi mulai menemani, rombongan monyet berjalan beriringan di pantai. Dalam sekejap Pantai Bama dipenuhi oleh monyet-monyet. Hati-hati terhadap monyet-monyet ini, mereka suka mengambil makanan kalau membawa kantong kresek plastik hati-hati bisa direbut monyet-monyet itu. Mereka bermain diayunan, batang pohon, naik di kap mobil dan berkejar-kejaran di pantai. Keluarga Monyet keluar semua dari Bapak, Ibu, Kakek, Nenek sampai bayi monyet.

Hari ini kita akan trekking ke Padang Bekol sekitar 3,5 km jalan kaki lewat rute dalam. Jam 08.15 kami mulai perjalanan dengan membawa bekal cemilan dan minuman sekedarnya. Kami lewati jalan hutan yang bersebelahan dengan pantai. Tahun 2010 bisa dibilang tidak ada musim kemarau sehingga Taman Nasional Baluran yang kalau musim kemarau akan menjadi coklat kering saat kami datang berwarna hijau royo-royo. Setelah berjalan satu jam lebih sedikit sampailah kami di Pos Bekol.

Bekol adalah savannah luas dengan menara pandang di puncak bukit di belakang Pos. Pemandangan 360 derajat dari menara pandang ditambah seminir angin membuat nikmat untuk tidur siang sebentar. Rasa lapar membuat saya ingin kembali ke Pantai Bama untuk makan siang, jarak 3 km dari Padang Bekol ke Pantai Bama kami jalani dalam 45 menit antara lapar dan jalan datar lurus membuat kami berjalan agak cepat. Sampai Pantai Bama jam 12.30 pas untuk makan siang, hidangan yang tersedia langsung saya sikat. Nasi, mie Sedap rasa soto, mie Sedap goreng, perkedel jagung dan sambal menjadi menu yang sangat nikmat siang ini. Mie Sedap sepertinya menguasai pasar di daerah yang kami lalui, setiap saat yang dihidangkan pasti Mie Sedap. Saya baru pertama kali makan Mie Sedap rasa Soto dan enak juga.

Sore ini kami akan pindah ke Pesanggaran di Padang Bekol, kenyang makan siang saat leyeh-leyeh di bangku di tepi pantai yang dinaungi Pohon Asam yang besar. Sore hari kami diantar motor Pak Bambang pindah ke Padang Bekol. Kami memilih meninap di Pesanggrahan Wisma Rusa di lantai 2. Tempat kami menginap sudah dipasangi tralis sehingga tidak perlu takut akan gangguan monyet yang akan mengambil makanan.

Sore ini sunset di Menara Pandang Padang Bekol ditemani hujan rintik-rintik dan semilir angin.

Surabaya – Batangan menggunakan bis umum Rp 40.000,- Tiket Taman Nasional Rp 2.500,-
Ojek Batangan – Pantai Bama Rp 35.000,- per orang
Penginapan di Pantai Bama Rp 75.000,- per orang
Ojek Pantai Bama – Padang Bekol Rp 10.000,- per orang
Penginapan di Padang Bekol Rp 35.000,- ada juga yang Rp 50.000,- atau Rp 75.000,- per orang per malam tergantung tempat yang dipilih.
Mobil Padang Bekol – Batangan Rp 100.000,- satu mobil


Taman Nasional Baluran :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/128/Empat_Taman_Nasional_dalam_satu_minggu_

Taman Nasional Alas Purwo :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/130/Taman_Nasional_Alas_Purwo_Ujung_Timur_Pulau_Jawa_bagian_Selatan

Taman Nasional Meru Betiri :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/132/Taman_Nasional_Meru_Betiri_sebentar_menengok_Teluk_Hijau

Taman Nasional Bromo – Tengger – Semeru :
http://alexdidit.multiply.com/photos/album/133


Labels: , , , , , , , , ,