Wednesday, August 24, 2005

Menghilang dari Jakarta, hari ke 2 di Gili Terawangan

Sunrise membangunkan kami dari balik jendela kamar, hari belum lagi terang ketika aku mengendap ke balkon. Penduduk kampung sedang mandi dan mencuci pakaian di empat buah pancuran yang mengalirkan air dengan deras lembah bawah. Ternyata sudah jam 06.00 dan Rinjani masih terlihat diselimuti kabut dan awan dingin. Nampaknya hari ini juga tidak akan terlihat jelas kemegahan Rinjani.

Jam 08.00 kita jalan kaki ke Pasar Suranadi untuk sarapan dan pamitan dengan Bu Surya, tujuan kita hari ini ke Gili Terawangan. Transportasi di Lombok nggak susah kalo mau agak repot bisa menggunakan angkutan umum tapi kita mau rada enak, jadi kita telpon Lombok Taxi 0370-627000 minta jemput di Pasar Suranadi. Jam 08.30 kita berangkat dari Suranadi menuju ke Bangsal, perjalanan nyaman melewati bukit-bukit setelah hampir 1 jam sampailah kami di Bangsal dengan membayar Rp 70.000,- Bangsal ke Pelabuhan laut hanya berjarak 200 meter tetapi kendaraan tidak boleh masuk ke sana sehingga harus jalan kaki atau memilih naik Cidomo Rp 2.000 / orang. Kalau membaca buku Lonley Planet mengenai Bangsal ini kesannya tempat yang sangar, sampai ada kolom khusus dengan judul “Dealing With the Bangsal Mafia” . Kami sudah siap-siap menghadapi kondisi itu tapi apa yang kami temui ternyata biasa aja. Turist asing yang lain juga biasa aja. Come on …. Lonley Planet jangan terlalu memperbesar masalah. Kami memilih naik public boat dengan membayar Rp 6.000 / orang. Bisa juga carter tapi mahal isi berapa aja jalan, asal bayar Rp 200.000,- Public boat baru jalan begitu penumpang mencapai 20 orang, sekitar 20 menit kami menunggu dan tak lama kemudian kami sudah berada di laut yang tenang menyeberang ke Gili Terawangan. Lima puluh menit di laut merapatlah perahu di pantai Gili Terawangan. Pasir putih dan deburan ombak menyambut kami. Kami memilih berjalan kearah Kanan pelabuhan untuk mencari penginapan. Bulan Agustus merupakan bulan yang penuh pengunjung di Kepulauan Gili Air, Meno dan Terawangan. Akibatnya harga-harga menanjak naik dan sulit mendapatkan kamar. Setelah berjalan di pantai hampir setengah jam akhirnya kami mendapatkan kamar yang kami mau.

Blue Beach Cottages 0370- 623538, beberapa hari sebelum berangkat di telpon dan nanya ratenya, mereka bilang Rp 120.000,- per malam dan nggak bisa booking, lagi rame kata mereka. Lonley Planet bilang per malam Rp 170.000,- ternyata setelah kita datangi Blue Beach Cottages mematok harga Rp 200.000,- per malam. Wahhh... Nggak membedakan turis lokal maupun asing, tetep kena harga segitu. Pas kita ngecek kondisi kamar ternyata tinggal satu kamar dan di belakang kita sudah ada dua turis yang sedang mencari kamar juga, wah harus buru-buru memutuskan nih. Kita ambil jadinya dengan pertimbangan jalan sedikit sudah sampai di tepi pantai dapat sarapan pagi pula. Ya harga itu katanya untuk menutupi bulan-bulan yang sepi ketika susah mendapatkan tamu. Bulan Agustus, dan Desember sampai Januari terkenal sebagai bulan ramai, kalau mau murah jangan ke Kepulauan Gili Air, Meno dan Terawangan pada bulan itu.
Image hosted by Photobucket.com
Kamar di Blue Beach Cottages, pake kelambu padahal kagak ada nyamuk

Setelah meletakkan back pack di kamar, kami jalan-jalan sepanjang pantai. Kita cari info untuk snorkeling. Kalau mau murah dan bisa mengunjungi banyak tempat ada rombongan snorkeling tiap pagi dengan bayar Rp 45.000 per orang akan mengunjungi Gili Air dan Gili Meno. Berangkat dengan Glass Bottom Boat dan snorkeling sampai puas dari jam 09.00 kembali ke Gili Terawangan jam 15.30. Sayang karena kita datang siang hari dan besok pagi sudah cek out akhirnya kita carter glass bottom boat dan perlengkapan snorkeling serta life vest (tentu saja yang ini buat saya). Membayar Rp 220.000,- untuk snorkeling dua jam di Gili Meno dan Gili Terawangan. Tahu sih agak mahal tapi kapan lagi.

Pengalaman snorkeling pertama buat Fika dan dia yang turun dengan pelampung, saya sendiri nggak jadi snorkeling karena lautnya dalam paling dangkal 6 meter jadi nunggu di perahu aja dan denger cerita dia. Kata Fika, dia ngeliat banyak penyu yang sedang berenang (Gili Meno memang pulau untuk penangkaran Penyu), berbagai macam ikan bagus yang besar-besar. Dari Glass Bottom Boat juga kelihatan sih tapi nggak sebanyak kalau melihat langsung di bawah air.
Image hosted by Photobucket.com
Perahu dari Benoa

Selesai snorkeling kita cari makan siang, males milih-milih akhirnya makan di tempat kita nginep juga yang memang ada restaurantnya. Setelah mengamati dari datang ternyata hanya kita berdua turis lokal yang ada di pulau ini lainnya mayoritas Italiano dan sisanya Kaukasia lainnya.
Image hosted by Photobucket.com
Bagian depan, restaurant Blue Beach Cottages

Kita leyeh-leyeh di pantai sambil baca buku, tentu saja nggak kaya bule-bule itu, kita milih tempat yang adem. Sambil sesekali nyebur ke laut buat ndinginin badan. Gile banget nih pemandangan, keren banget. Air laut tergradasi dari warna biru gelap, biru lembut, biru muda sampai biru muda sekali dan bertemu dengan pasir putih pantai. Barisan pegunungan di Pulau Lombok membentuk pagar yang membentengi pulau-pulau ini, pada pagi hari kita bisa melihat Gili Meno dengan latar belakang sun rise di sisi Gunung Rinjani.
Image hosted by Photobucket.com
Pantai Gili Terawangan waktu pagi hari, belum pada bangun dan berjemur

Menjelang sore kita beranjak jalan mendaki bukit untuk mencari sun set. Bukit di Gili Terawangan ternyata sudah dipagari pada puncak-puncaknya, sehingga kita mesti ahli memilih jalan agar bisa melewati pagar yang ada. Sebenarnya jalan yang paling mudah adalah naik lewat tangga menara pemancar yang ada sampai ke puncak bukit, kita baru tahu jalur ini ketika pulang dari melihat sun set.
Image hosted by Photobucket.com
Sunset di puncak bukit Gili Terawangan

Kembali ke Blue Beach untuk mandi dan kita kemudian cari makan malam. Banyak pilihan restaurant, harga variasi untuk satu menu mulai 15.000,- – 50.000,- Kita memilih makan malam di tepi laut di Tir Na Nog. Gua makan tuna steak yang gedenya aujubileh, udah digelontor pake bir bintang juga cuman kuat makan ½ porsi aja. Tempat ini ngetop dengan bacon dan chesse burgers tapi … hey kita di pantai makan sea food dong.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home